Sosok

 Ign Sunito  |     26 Oct 2015, 11:46

Ketika melewati didepan Kantor Polisi dimana saja maka terpampang papan slogan besar bertuliskan " Kami Siap Melayani Anda ". Kadang-kadang kita mencibir bagaimana melayani? Lapor kehilangan kambing bisa kehilangan sapi, lapor kehilangan mobil bisa kehilangan rumah? Sebuah olok-olok umum. Namun dengan peristiwa mayat bocah perempuan di dalam kardus di Kalideres Jakarta Barat, hanya tempo sepekan polisi berhasil mengungkap pelakunya menimbulkan apresiasi sendiri. Adalah Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Tito Karnavian yang memerintahkan polisi harus all out mengejar pelaku, yang brutal tanpa perikemanusiaan itu. Masyarakat butuh sosok pemimpin seperti itu, tidak saja didalam tubuh kepolisian tetapi keseluruhan kepada mereka yang kini memegang dan diserahi wewenang memimpin negara.

Sosok yang melayani kalau kita hubungkan dengan bacaan Injil Minggu ini sungguh relevan.".......Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya " (Markus 22: 35-45). Lalu, kita hubungkan dengan situasi dewasa ini menyambut setahun pemerintahan JKW/JK tanggal 20 Oktober nanti, apakah kita sudah menemui pemimpin-pemimpin yang melayani? Waduh! Kasihan JKW niatnya untuk melayani rakyatnya kena jegal kanan-kiri, dari luar dan dari dalam?

Menjadi catatan panjang perbuatan para "penjegal " dan tidak usah disebutkan namanya karena semua orang sudah tahu siapa-siapanya. Media medsos begitu ramai menyebutkannya. Apa yang sudah dibuat leluhur kita, para pendiri bangsa, dengan karya pelayanan nyata ketika memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, yang tersimpul dalam satu kata KEUTAMAAN. Sebuah pengertian multi dimensional dan lebur satu sama lain.Dari harkat individu/ kolektivitas, napas iman, kecintaan kepada Tanah Air dengan budayanya. Guna mengangkat setiap individu maupun kelompok keposisi terhormat. Baik buat negara dan bangsa. Dalam kurun waktu 70 tahun, ada pertanyaan mengapa bangsa ini terlebih para penguasanya masih terasa jauh dari keutamaan itu? Malah justru cenderung kepada tindakan yang ingin menistakan bangsa.

Mengapa begitu sulit mencari figur atau sosok teladan, dari kalangan partai politik, terlebih di dalam DPR yang katanya wakil-wakil rakyat. Pembusukan dari dalam terus berlangsung. Mengapa krisis moral bahkan menjurus kearah krisis multidimensional terus kita derita? Padahal pemerintahan sudah silih berganti? Maka layak kalau kita harus menengok pelajaran dari bangsa lain. Misalnya seperti Afrika Selatan yang jauh luar biasa buruknya dari Indonesia akibat politik diskriminasi warna kulit Apartheid. Disana ada sosok namanya Nelson Mandela. Jasanya lua biasa dan dipuja-puja dunia.

Lalu apa katanya menjawab pujian itu? " Saya bukan Santo. Tetapi pendosa yang terus berusaha." Usahanaya nyata berwujud gagasan dan sikap hidupnya adalah kebajikan "Forgiven but not forgotten". Kebajikan walaupun semua agama dan nilai luhur mengajarkan tetapi tidak sanggup dilakukan oleh setiap orang. Mandela hanya berpegang pada filosofi lama Afrika " U BUNTU " untuk rekonsiliasi, pengampunan, cinta, dan berbagi. Afrika Selatan kini menjadi Negara maju di dunia Bandingkan dengan Indonesia dimana bapak bangsa memberikan filosofi luhur PANCASILA. Kalau semua itu menjadi jiwa dari kebajikan kita, terlebih para pemimpinnya. Maka tak sulit menemukan sosok- sosok yang membanggakan.

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi