Allah Itu Murah Hati, Berdoalah

 Prasetyo Hartono  |     23 Jul 2016, 12:00

Dalam pertemuan komunitas kecil yang saya ikuti, seringkali orang yang datang terakhir akan diminta untuk memimpin doa penutup. Reaksi dari yang ditunjuk tentu beragam. Ada yang dengan senang hati atau lalu melemparkan kepada peserta pertemuan lainnya. Namun, ada juga yang lantas berkata, "Baik, saya akan pimpin doa, tapi doa Bapa Kami saja ya?"

Allah Itu Murah Hati, Berdoalah

Kata "saja" dalam ungkapan spontan di atas mungkin doa Bapa Kami adalah doa yang dianggap sederhana atau doa yang sudah dihapal oleh umat Katolik. Para murid juga pernah meminta Sang Guru untuk mengajarinya berdoa. "Tuhan, ajarlah kami berdoa...".

Mereka meminta Yesus mengajar berdoa sama seperti Yohanes Pembaptis mengajar murid-muridnya berdoa. Hal ini seperti kebiasaan pada waktu itu orang pergi menyepi ke padang gurun, menemui orang suci untuk mohon berkat dan doa yang dapat dibawa pulang sebagai bekal dan kekuatan.

Dalam bacaan Injil Minggu ini, ada tiga hal yang ingin dikatakan. Pertama, Yesus mengajar murid-muridnya berdoa. Kedua, dengan perumpamaan mengenai orang yang dengan tanpa sungkan minta tolong kepada seorang kawannya di tengah malam. Ketiga, diakhiri dengan sebuah pengajaran mengenai kekuatan doa. Doa yang diajarkan Yesus memuat lima permohonan yang diawali dengan sapaan 'Bapa'.

Dengan mengajak murid-murid berani memanggil Tuhan dengan sebutan ini, Yesus mau menaruh diri sebagai sesama dengan siapa saja yang bakal memakai doa ini. Dengan 'Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendakmu di atas bumi seperti di dalam Surga', Yesus ingin mewartakan suatu dunia baru yang dilindungi oleh kekuatan Roh Ilahi sendiri, dan oleh karenanya dunia itu disebut Kerajaan-Nya.

Dalam dunia yang baru ini, batas-batas antara orang kaya dan kaum miskin dibuka. Bukan pertama-tama untuk mencampurbaurkan mereka begitu saja, melainkan untuk membuat masing-masing sadar bahwa mereka bisa menjadi sesama bagi orang laon. Dan, memohon rezeki pada hari ini saja adalah bentuk ungkapan iman bahwa Allah-lah penyelenggara hidup kita hari ini dan nanti.

Dan akhirnya, melalui perumpamaan seseorang yang malam-malam membangunkan temannya, pasti akan diberikan yang diminta. Makna kedekatan dengan Bapa ditandaskan kembali. Tak terpikir ada seorang bapa yang tak menggubris permintaan anaknya atau memberi barang yang buruk dan yang bisa mencelakakan.

Analogi dari hidup sehari-hari ini dipakai untuk menegaskan bahwa Tuhan yang Mahakuasa pasti akan memberikan yang terbaik.

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi