Tidak Cukup Hanya Takjub dan Heran

  30 Jan 2012, 16:59

Merenung bukan sekedar diam tidak bicara, memikirkan sesuatu ala kadarnya, diakhiri dengan tarikan nafas panjang, tanda usainya proses perenungan. Celakanya si perenung tidak memperoleh apa apa dari apa yang direnungkan. Tragis. Saya pikir kegiatan renung merenung tidak seperti itu. Ada tahapan, bahkan "prosedur tetap" bagi mereka yang berhasrat merenung. Awalnya, adakah topik atau perihal penting, pantas serta bermanfaat dan layak di jadikan bahan renungan. Meskipun artikel di bawah judul "Renungan", di harap pembaca tidak menganggap isi renungan ini melulu renungannya si penulis.

Pembaca layak menyimak, sumber pokok permasalahan yang dijadikan sumber renungan. Harapan penulis renungan yang anda baca, mampu menjadi "pemicu" munculnya kesadaran selalu membaca mendengarkan dan memaknai isi bacaan bacaan dalam misa kudus terutama bacaan Injil. Dan injil kali ini adalah Markus 1: 21-28-41-42 Yesus dalam rumah ibadat di Kaparnaum.

Proses, urutan kejadian bagaimana Yesus mengajar di rumah ibadat pasti sudah difahami umat Kristiani. Yesus memberi "pelajaran" tidak melulu di rumah ibadat. Yesus mengajar dengan keteladanan konkrit dalam hidup keseharian-Nya. Segala kebaikan yang layak dan pantas yang seharusnya dilakukan umat manusia la sampaikan dalam semua khotbah-Nya, di setiap kesempatan. Kisah Yesus dengan para rasul saat hidup-Nya, semua tertulis dalam empat kitab Injil yang kita kenal dimana salah satunya dibacakan di tiap misa. Pertanyaamiya: apakah isi ajaran yang muncul dalam sosok kisah, perumpamaan, pengandaian itu benar benar difahami dan dijalani umat pengikut Kristus? Atau minimal direnungkan.

Adakadang umat menganggap itu kisah jaman dulu, tidak relevan dengan dinamika dan semangat hidup saat ini. Ini tentu terjadi pada mereka yang membaca tanpa mata-imani. Di bagian mana dari kisah dalam injil yang paling menarik dibaca umat? Jaman sekarang orang senang mencari tontonan yang sensasional (kadang murahan). Apa yang dicari bukan isi dan esensi kisah dalam injil, melainkan "peristiwa ajaib" yang dilakukan Yesus dengan mujijat-mujijat-Nya. Ini jelas bukan sensasi, misalnya: badai besar yang reda setelah diperintah Yesus berhenti, kisah pesta pernikahan yang kehabisan anggur, Lazarus mati yang dihidupkan kembali dan masih banyak lagi. Peristiwa dahsyat dan agung adalah kebangkitan-Nya dari maut setelah digantung di kayu salib demi penebusan dosa manusia. Kesadaran apa yang dimiliki umat Kristiani dengan peristiwa ini?

Dalam injil Markus inipun termuat kisah orang kerasukan roh jahat yang menantang Yesus. Namun Yesus dengan kuasanya menghardik si roh jahat agar keluar dari tubuh orang yang kerasukan. Roh jahat pun keluar. Apa yang terjadi dengan orang orang dalam rumah ibadat? Mereka takjub dan memperbincangkan, seakan ada ajaran baru. Pertanyaan lagi: cukupkah mereka dan kita umat Kristiani berhenti hanya untuk takjub dan heran dengan peristiwa itu? Apa yang pantas direnungkan? Apa yang Yesus lakukan membuktikan la adalah mahakuasa, maha segalanya. Seperti nyanyian Kudus yang setiapkali dinyanyikan, atau dalam Litani Nama Yesus yang Tersuci atau dalam Litani Hati Yesus yang Mahakudus. Yesus yang mengusir roh jahat, dengan segala kuasa-Nya meyakinkan dan menyadarkan kita bahwa hanya atas belas kasih-Nya kita memperoleh kesalamatan. Mujijat, kuasa dan ajaran Yesus tidak cukup hanya disikapi dengan takjub dan heran.

(Suwanto Soewandi)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi