Misa Syukur PDKK MBK

  11 Feb 2011, 22:33

Dalam rangka merayakan pergantian tahun baru dari musim dingin ke musim semi atau biasa disebut dengan Tahun Baru Imlek menurut tradisi Tionghoa, umat Katolik PDKK MBK menyelenggarakan misa kudus sebagai ungkapan syukur yang dipersembahkan oleh Romo Anton Gunawan O. Carm sebagai moderator PDKK MBK pada hari Minggu (6/2), pkl. 11.00 di Auditorium MBK.

Misa Syukur PDKK MBK

Menurut legenda jaman dahulu para petani Tionghoa di sebuah wilayah setiap musim panen tiba dan pergantian musim dingin ke musim semi pada malam hari selalu datang Nian atau raksasa besar. Raksasa ini jahat, menculik anak-anak dan itu berlanjut setiap tahun. Maka warga berkumpul untuk mencari seorang pintar bagaimana cara mengusir Nian tersebut. Menurut orang pintar tersebut Nian itu takut api, bunyi-bunyian dan warna darah (merah), maka sejak itu pada malam pergantian musim mereka kumpul untuk makan bersama di sekitar api sambil membunyikan petasan. Dan setelah hari sudah larut malam maka disekitar bantal anak-anak yang sudah tidur diberi angpao atau amplop warna merah dan ternyata itu berhasil, Nian tidak datang lagi.

Maka mulai saat itulah diperingati sebagai tahun Baru Imlek, bagi warga keturunan Tionghoa sampai sekarang memperingati Tahun Baru Imlek sebagai tradisi nenek moyang leluhurnya. Ada lambang-lambang dalam perayaan itu misalnya kue keranjang yang manis dan lengket melambangkan agar kehidupannya dipenuhi dengan lengketnya keharmonisan dalam dirinya; jeruk melambangkan rejeki agar kehidupannya diberikan rejeki yang cukup; angpao dan baju warna merah melambangkan agar dirinya terhindar dari roh-roh jahat; sedangkan saat makan bersama dengan lauk ikan melambangkan agar rejeki yang ada selalu tersisa untuk tahun yang akan datang.

Romo Anton Gunawan O.Carm dalam kotbahnya menekankan kepada kita umat katolik agar menjadi garam dan terang dunia, sebab umat katolik bisa menjadi terang dan cahaya bagi sesamanya, serta bisa memberikan rasa nyaman di sekelilingnya. Sama seperti garam, sumber rasa untuk melezatkan makanan tetapi tidak kelihatan, maka umat katolik diminta jangan menonjolkan diri dalam setiap kegiatan yang dihasilkan.

Garam itu mempunyai 3 fungsi antara lain:

  1. memurnikan, diharapkan agar kita selalu berbuat jujur (murni)
  2. mengawetkan, kita sebagai umat katolik untuk selalu mengawetkan dan mencegah kebusukan
  3. memberi rasa/identitas, umat katolik diminta agar selalu bisa memberi rasa nyaman dan tidak menyombongkan diri dengan sesama disekeliling kita.

  1. memurnikan, diharapkan agar kita selalu berbuat jujur (murni)
  2. mengawetkan, kita sebagai umat katolik untuk selalu mengawetkan dan mencegah kebusukan
  3. memberi rasa/identitas, umat katolik diminta agar selalu bisa memberi rasa nyaman dan tidak menyombongkan diri dengan sesama disekeliling kita.

Dalam Kitab Suci perjanjian lama dikatakan bahwa garam termasuk dalam persembahan dan perjanjian, maka garam melambangkan relasi/ikatan/kedekatan yang membuat tali persaudaraan. Seperti biasanya, misa karismatik dibarengi juga dengan adorasi yang sangat hikmat dan puji-pujian mengiringi misa siang itu semarak dengan musik-musik bernuansa Chinese yang dipimpin oleh Lucy Kurniawan dan kawan kawan.

GONG XI FAT CHAI.

(Anton Sardjo)

Lihat Juga:

Seputar MBK (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi