Panggilan Bruder Yesaya, O.Carm

  12 May 2011, 09:02

Karmelit Awam mendapat kehormatan mendengarkan langsung sharing dari Bruder Yesaya Singgih O. Carm. Ia berasal dari kota Lahat di Sumatera Selatan. Nama baptisnya bukan dari santo/santa tapi dari nabi Yesaya bin Amos.

Bermula dari keluargaAyah dan ibunya Katolik dan mendidik anaknya untuk berdoa. Pada saat doa makan anak-anak mereka diberi giliran untuk berdoa. Bruder Yesaya sejak kecil sudah rajin ke gereja. Dan ia tertarik untuk menjadi putra altar. Alasannya dari gereja ada pastor tua yang memberikannya perangko bekas dari Polandia.

PanggilanHasrat menjadi imam/biarawan sudah muncul sejak ia masih di SMP. Tapi panggilan ini datang timbul dan tenggelam karena kurangnya pengetahuan. Seminari pikirnya masuk sekolah menari. Murid-muridnya laki-laki semua dan suka main sepak bola. Ia pulang pergi dari Lahat ke Palembang, hanya ingin tahu dan modal nekad saja. Dari sekolah St. Paulus sampai St. Josef. Baru setelah lulus SMA suara panggilan itu kembali terdengar. Ia menyurati iklan-iklan biara yang dimuat di mingguan Hidup. Ia menulis antara lain ke biara Karmel di Talang, Malang dan Sidikalang - Dairi, Sumut.

Pengalaman dalam KarmelBruder Yesaya masuk novisiat Karmelit dalam usia 20 tahun. Novisiat di Sidikalang ini adalah pintu gerbang Karmel. Karmel baginya adalah satu rahmat kasih sayang dari Tuhan. Dalam Karmel ia menemukan Wajah Tuhan dan langsung jatuh cinta. Seperti luka cinta yang tak tersembuhkan. Seperti yang ditulis oleh St. Yohanes dari Salib (1542-1591), "Kekasihku, dimanakah Kau tersembunyi, Tinggalkan daku merana, Bagaikan Sang Rusa, Kau lari, Setelah aku Kau lukai.." (Madah Rohani).

Ia menemukan Sang Pencipta, Wajah yang tersembunyi. Tuhan hadir dalam keheningan dan diam diri mengusir segala kekalutan, cemas dan kekeringan. Bruder sangat mencintai keheningan. "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu," (Yes. 30: 15-18) dan seperti nabi Elia yang tidak menemukan Tuhan dalam api, gempa dan angin ribut "Tuhan ada dalam bunyi angin sepoi-sepoi basa," (1Raj. 19: 12).

Ia menikmati padang gurun dengan belajar dari St. Theresia Lisieux (1873-1897) dari buku Tapak-tapak Derita (karangan Stef. Buyung Florianus, O.Carm) dan dari Ber-Padang Gurun bersama St. Theresia Lisieux.

Pengalaman di MBKBerkarya di MBK ternyata bertolak belakang dengan minatnya pada kebersamaan dan keheningan. Memang apa yang diidam-idamkannya ternyata berbeda dengan kehendak Allah. Seperti Nabi Yeremia yang melihat Tuhan sebagai raja yang kuat, tapi dalam pelayanannya ia menderita dan mau dibunuh. Ia gaptek dengan teknologi informasi. Kini orang tak perlu mencari dengar kesaksian atau membaca brosur. Tapi cukup menggunakan produk IT seperti hp dan situs jejaring. Dalam HP juga orang membaca ayat-ayat Kitab Suci.

Adventus dan PanggilanDalam dua pengalaman itu ada kerinduan untuk menantikan Kedatangan Tuhan. Ada keterlukaan yang tidak tersembuhkan seperti orang yang jatuh cinta. Sikap kontemplasinya: temukan Tuhan dalam segala hal, persatuan kasih dengan Tuhan, pengalaman akan Allah dan Tuhan saja sudah cukup seperti yang dikatakan St. Teresia dari Avila (1515-1582).

(Tomas Samaria)

Lihat Juga:

Seputar MBK (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi