Indah pada Waktunya

 Anton Sardjo  |     18 Feb 2017, 12:40

Romo Yudhi dalam mengawali kotbahnya saat misa untuk orang sakit Sabu (11/2/2017) pkl. 10.00 WIB mengatakan bahwa setelah imlek biasanya empat belas hari kemudian merayakan Cap Go Meh, tetapi kita merayakan perayaan misa kudus untuk orang sakit.

Ada cerita; orang kulit putih, hitam, dan sawo matang yang memanggul salib mendaki bukit untuk menuju ke surga. Karena beratnya salib maka si kulit putih memotong salib tersebut agar ringan. Setelah melewati bukit dan jurang, ketemu sungai dan bertemu malaikat, mereka bertanya di manakah gerbang surga? Malaikat menunjukkan bahwa gerbang surga ada di seberang bukit. Mereka pun menyeberang menuju gerbang menggunakan salibnya. Namun karena si kulit putih telah memotong salibnya, panjang salib itu tak sampai ke gerbang surga.

Saat kita menderita sakit, kita harus tabah menerima penyakit itu. Kalau kita tabah berarti menunjukkan iman kita yang kuat dan teguh. Kita manusia lemah maka dengan ketabahan dan iman kita makin percaya kepada Tuhan, kita akan diselamatkan. Kita percaya bahwa pertolongan Tuhan itu tidak akan meleset dan bergeser, seperti pepatah mengatakan 'indah datang pada waktunya'.

Kita memanggul salib adalah suatu jembatan untuk menyeberang ke rumah Tuhan. Orang yang memotong salib yang dipanggulnya tidak akan sampai tujuan. Pertanyaannya adalah apakah kita kuat memanggul salib sampai akhir seperti Yesus yang wafat di kayu salib sehingga Ia ditinggikan?

Rm. Yudhi memuji 500-an orang sakit yang datang ke misa hari itu. Meskipun dalam keadaan sakit, mereka berusaha datang untuk mendapatkan pengurapan demi meneguhkan iman.

Lihat Juga:

• Warta Minggu Digital (PDF)

Seputar MBK (WM) Lainnya...