Teror Motivator
27 Oct 2010, 22:13
Dulu, sekitar tahun 90 awal, para pemangku perusaahan dijangkiti virus Outward Bound. Kalau jajaran manager belum ikut Outward Bound maka perusahaan tersebut di cap jadul atawa belum berdaya maksimal. Jadi kalau tiba-tiba "Out Bound" - singkatan yang salah kaprah - ini sekarang menjamur di sudut-sudut tempat hiburan, harap dimaklumi. Karena Out Bound yang berkelas itu adalah lahan "usaha" yang subur. Mungkin kalau Pak Kurt, penggagas OB, melihat fenomena OB di endonesa, bisa dipastikan beliau akan menguras kolam air mata-nya. Ajaibnya lagi, karena masih endonesa, tempat beliau mengucurkan air mata akan dijadikan "Sendang Kurt". Jadi tidak usah bayar mahal ikut pelatihan di OBI, cukup datang ke "Sendang Kurt" maka seketika kita akan menjadi pemimpin yang berkualitas.
Instan, ini kata kuncinya. Maka kalau sekarang muncul puluhan "motivator" dan laris manis bak kacang, tidak lain karena sikap penghuniendonesa ini suka hal yang cepat saji. Tidak usah bersusah payah ikut Outward Bond yang berhari-hari dan sangat melelahkan. Cukup dua atau empat jam mendengarkan orang berbicara, sudah berasa terisi. Ironisnya, sepulang dari seminar kita masih - secara halus- diminta untuk mempertajam isian tadi dengan membeli buku. Besoknya, sesampai di tempat kerja, ketika kita ditanya teman atau kolega tentang kabar kita, dengan se-mangat yang sangat kita akan menjawab dengan "suuuper!' atau "luaaar biasa!'. Lalu teman kita akan manggut-manggut dan level kepribadian dan kepemipinan kita akan terangkat karena "super" dan "luar biasa" tadi.
Menurut saya ini sudah menjadi kegilaan kolektif. Edan berjamaah. Motivasi, menurut Silverman and Casazza, adalah proses. Sedangkan proses butuh waktu yang suangat lama. Hasil dari proses tadi adalah kebiasaan. Karena kebiasaan itu maka dimanapun kita bekerja dan apapun jenis pekerjaan kita, kita akan sangat mencintainya. Jadi, kalau kebiasaan itu sudah menjadi bagian dari milyaran syaraf kita, apakah kita masih butuh motivator?
Seorang teman pernah berkata kepada saya, bahwa sebagai manusia yang produktif kita ini perlu dan harus dimotivasi, diingatkan, disegarkan. Lalu saya jawab, "kalau butuh penyegaran kenapa tidak panggil pemadam kebakaran saja. Kan, segernya total."
Sungguh, negri ini sudah di teror oleh motivator. Bagaimana tidak, untuk menjadi motivator -yang sekali berorasi bisa dibayar puluhan juta- cukup mudah, tepatnya tidak sulit-sulit amat. Tinggal bikin buku, lalu mengutip kata-kata mutiara dari orang asing - tentu saja yang sudah teruji pengalamannya - lalu menabur uang pakai helikopter, selesai. Kalau dirasa kurang bisa kursus menjadi orator yang baik ke Amerika atau Eropa beberapa bulan. Kalau masih punya sisa uang sekalian jalan-jalan, biar kalau di-total bisa jadi setahun kita diluar negri. Jangan lupa, lamanya kita diluar negri juga menjadi bagian dari pemasaran buku kita. Tapi yang tidak kalah penting adalah note atau komentar atas buku kita. Kalau punya uang lebih bisa beli komentar Michael Jordan. Dijamin pasti laku.
Sungguh, negri ini sudah di teror oleh motivator. Endonesa kita ini punya penyakit hati kronis, bayangkan untuk memotifasi diri sendiri saja kita tidak mampu, musti berinvestasi dulu dengan biaya yang cukup untuk beli 77 kaleng susu bayi kelas menengah. Ya, mungkin kita juga yang salah. Atau jangan-jangan ada yang salah dalam Gereja. Jangan-jangan Romo belum mampu memotivasi umatnya tiap hari Minggu. Tapi, bisa jadi karena kotbah Romo itu gratis. Kalau untuk mendengarkan kotbah Romo ditarik biaya investasi 77 kantong popok bayi bermerk, mungkin hasilnya akan berbeda. Mungkin...
(felly)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |