Nabi Hosea: Berhadapan Dengan Pasangan Hidup Yang Tidak Setia

  6 Sep 2013, 15:23

PERTEMUAN II

NABI HOSEA: BERHADAPAN DENGAN PASANGAN HIDUP YANG TIDAK SETIA

Rasa Sakit yang paling menghancurkan adalah pengkhianatan dari orang yang paling kita cintai." He...he...bener kata sobatku, "Isteri pejabat tinggi SKK Migas makin shock mengetahui suaminya berurusan KPK dan punya WIL". Jaman sekarang jalur komunikasi sangat mudah baik lewat teknologi maupun tatap muka di Kafe. Dampaknya makin mendorong 'pengkhianatan' suami atau isteri. Kalau demikian, apakah cinta murni antara suami isteri hilang atau mereka keliru memahami artinya?

Paham pertama, cinta adalah seni. Cinta mensyaratkan pengetahuan dan usaha. Paham kedua, cinta adalah suatu sensasi yang menyenangkan, dimana untuk mengalaminya adalah soal keberuntungan semata, sesuatu yang "hadir" jika seseorang beruntung. (Erich Fromm, "The Art of Loving")

Nabi Hosea, 750 SM, mempunyai pengalaman menarik dan bisa mem­bantu menjawab pemahaman tentangcinta. Masa itu Israel mengalami kemakmuran semu dimana hanya peja­bat elite dan imam yang menikmati kemakmuran. Rakyat biasa banyak yang berselingkuh terhadap Allah dengan menyembah dewa kesuburan "Baal" daripenduduk asli Kanaan. Ritus keagamaannya condong memenuhi kepua­san duniawi. Hal ini amat menarik bagi orang Israel. Salah satu wanita yang ikut melayani ritus Kanaan ber­nama Gomer. TUHAN memerintahkan Hosea: "Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membela-kangi TUHAN" (Hos 1: 2). Hosea dimin­ta mengasihi istrinya yang tidak setia dan menerima anak-anaknya. Cintanya menjadi "drama" cinta TUHAN ter­hadap Israel. Hosea memberi contohiman dan ketaatan akan perintah TUHAN.Dia berpengetahuan (sadar sepenuhnya) dan berusaha terus mencin-tai meskipun Gomer berkhianat beru­lang kali. Kasih Ilahi dalam bentuk janji TUHAN untuk membuat isterinya setia dan menerima anak-anak sundal­nya memulihkan luka batin Hosea. (Hos 2: 19-22)

Gereja Katolik sangat menghormati relasi cinta suami isteri dalam suatu ikatan perkawinan. Pria dan wanita yang sudah dipersatukan oleh Tuhan tidak boleh dipisahkan manusia. Cinta adalah seni jadi membutuhkan pengetahuan tentang cinta dan usaha terus menerus untuk mencintai. Cinta merupakan kata kerja bersifat aktif bukan kata sifat yang bersifat statis. Seperti layaknya seorang seniman atau empu yang menciptakan benda-benda bernilai seni maka diperlukan pengetahuan tentang material, proses dan teknik pembuatan. Seorang dokter bedah yang mencapai tingkatan empu maka tentu tahu mengenai anatomi manusia maupun teknik pembedahan.Setelah pengetahuan itu dikuasai de-ngan baik maka orang tersebut perlu berlatih terus menerus sampai sangat mahir hingga mencapai tingkat empu. Bagaimana seseorang bisa mencapai taraf empu dalam mencintai? Dua kata kunci: Belajar dan Berusaha!

Pada pertemuan kedua, umat diajak belajar mengenali dan mencontoh Hosea, tokoh Perjanjian Laman yang menjalani perintah Tuhan untuk men­cintai Gomer habis-habisan dan tetap setia meskipun sang isteri suka melirik kekasih-kekasih lain. Seorang Empu cinta!

Apakah aku selalu siap meningkat­kan pengetahuan tentang cinta dan berusaha terus menerus mencintai isteri / suami seperti Hosea? Semoga.

(JA Gianto / Pemandu)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi