Meditasi Di Gunung Geulis

  12 Jul 2013, 18:23

Sebelum berangkat untuk tugas belajar tentang Spiritualitas di Roma, Rm. Stanislaus Limarjayasastra O.Carm memberikan beberapa sesi latihan tentang medi­tasi melalui rekoleksi yang diseleng­garakan pada 22-23 Juni 2013. Mieke, priorin Kom. Flos Carmeli Jakarta merasa diberi semangat kembali hidup doanya.

Pokok-pokok pembicaraan dalam rekoleksi tersebut, yaitu (1) Doa dalam kehidupan Kristen (KGK 2558-2758), (2) Doa Yesus, dan (3) Doa batin dalam tradisi Karmel. Menjaga meditasi sesuai penghayatan iman Katolik, perlu belajar dari doa dalam tata cara kekristenan. Tanpa iman, proses meditasi tidak berada di rel kekatolikan. Menurut spiritualitas Karmel, meditasi tertuju kepada per­satuan dengan Allah, dengan wadah komunitas persaudaraan dan seturut teladan nabi Elia. Jalan pendakian ke gunung Karmel merupakan sebuah perjuangan dan kerelaan untuk menanggalkan kelekatan pada yang duniawi dan rohani.

Pengalaman Peserta RekoleksiHendra: Untuk mengatasi pelanturan, seperti meditasi di tepi sungai, ada perahu besar kecil lewat sungai, nikmati pemandangan itu dan jangan berusaha untuk naik perahu. Satu keluarga lagi berbicara di bawah kolong jembatan kereta api. Ketika kereta api lewat diamlah hingga kereta api lewat. Baru kemudian lanjutkan bicara lagi.Hubertus: Bangun pagi untuk menonton tim sepakbola favorit­nya. Ada bisikan panggilan doa. Ia cuek saja. Ingat pedang Elia dalam lambang Karmel yang membunuh nabi-nabi Baal, kita harus berusaha membunuh hal-hal yang tidak mencer­minkan keallahan.Bayu: Semula giat keluar masuk gua untuk bermeditasi. Sayangnya meditasi yang selalu dilakukan tidak mempunyai tujuan yang jelas. Setelah ikut Kursu Evangelisai Pribadi (KEP) dan diajak Br. Singgih ke latihan medi­tasi karmelit, ia menjadi kerasan dan "mau bertolak ke tempat yang lebih dalam" untuk mencari makna meditasi yang sejati dan memahami tujuannya.Liana Albert: Takut gagal dengan waktu meditasi yang lama. Kantuk jangan dilawan karena bisa membuat stress. Akhirnya, dia menyadari bahwa rasa kantuk dipengaruhi oleh posisi duduknya yang tidak benar. "Jika kita angkat tangan, Tuhan akan turun tangan" untuk memberi petunjuk dan menolong.Metta: Hampir tujuh bulan dirawat di rumah sakit. Kepasrahannya untuk menghadapi operasi mendatangkan "mukjizat" penyembuhannya. Ternyata tumpang tangan dan anjuran Father Gino untuk mendaraskan Doa Yesus menjadi mukjizat baginya. Dia dis­embuhkan, apa yang diperkirakan sebagai batu ternyata hanya pasir di dalam ginjalnya.S.Ardhie: Pernah mengikuti doa mantra bersama Rm. Siriakus Ndolu O.Carm. Ia telah mempraktikkan doa seorang peziarah: "Tuhan Yesus Kristus, Putera Daud, kasihanilah aku orang yang berdosa." Di biara Trapis, doa ini bisa didaraskan 3000 kali. Ia praktikkan dari rumah ke MBK bisa capai 900-an.Ibu dari Beijing: Ibu ini selalu marah-marah. Pekerjaan rumah tang­ga membuat dia merasa tidak aman. Berkat Doa Yesus dan meditasi, ia mengalami perubahan.Seorang Bapa: Terpaksa berpisah dengan keluarganya di Malang. Ia harus bekerja di Banyuwangi. Dalam kekeringan ada juga penghiburan. Ia berdoa untuk keluarganya dari jauh. Tuhan berkarya dalam doa. Bapa ini bisa jadi aktivis dan ketua lingkungan bagi gereja.

(Tomas Samaria)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi