Pahlawanku, Pahlawanmu, Pahlawan Kita

  18 Nov 2010, 22:47

Hari Pahlawan 10 Nopember 2010 kita rayakan ketika bangsa kita sedang dilanda bencana berurutan, dari Wasior, Kepulauan Mentawai, dan paling mencekam adalah Merapi yang khusus terakhir ini detik demi detik bisa kita lihat secara visual melalui TV. Benak saya mengatakan, para relawan bencana itu bagiku adalah pahlawan. Tak usah panjang lebar menguraikan kepahlawanannya, semua bisa kita saksikan dengan mata kepala di TV. Di keluargaku, pahlawanku adalah ayahku sendiri, pengorbanannya begitu besar karena "dimusuhi" keluarganya sendiri. Gara-gara berani mengambil ibuku dari kelas yang berbeda, kelas yang lebih rendah, sebagai isterinya. Efeknya, selain mengentaskan ibu dari lingkungan kemiskinan, juga melalui jalur pendidikan mengantarkan anak-anaknya menuju pintu kesuksesan masing-masing. Antara relawan bencana dengan ayahku ada benang merah, yaitu berkorban dan pengorbanan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan, pahlawan bermakna pejuang yang gagah berani, orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Di benak banyak orang, pahlawan itu harus mati dulu demi membela nusa dan bangsa. Mitologi ini memang berkembang di negara-negara terjajah, dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan negerinya. Pahlawan datang dari kalangan tentara maupun sipil. Indonesia menghormati pahlawannya dengan menetapkan adanya Hari Pahlawan 10 November, untuk menghormati mereka yang gugur dalam pertempuran besar di Surabaya 10 November 1945. Ditetapkan oleh Presiden RI pertama, Soekarno 31 Oktober 1946.

Maka untuk membangkitkan jiwa kepahlawanan kepada generasi penerus, pemerintah menetapkan gelar pahlawan nasional. Kriteria utamanya adalah mereka yang sudah gugur dan semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa (UU No.20 2009 tentang gelar bagi pahlawan nasional) Di mana tokohnya akan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Maka dengan pengertian itu produksi gelar kepahlawanan tidak pernah berhenti. Sosok demi sosok akan muncul, tinggal negara yang akan melegitimasi saja. Sampai tahun 2009 sudah ada 147 sosok yang diberi gelar pahlawan nasional oleh Negara.

PAHLAWAN BANGSA DARI UMAT KATOLIK Setelah tiga tahun vakum, seorang pahlawan nasional baru ditetapkan tahun 2007, yaitu Brigjen Ignatius Slamet Rijadi. Ia wafat 4 November 1950 di depan benteng Victoria, Ambon, ketika memadamkan pemberontakan RMS, Republik Maluku Selatan. Penetapannya sebagai pahlawan nasional amat membanggakan warga kota Solo. Kini patungnya berdiri megah di tengah kota, menggantikan monumen Adipura, monumen asal-asalan yang didirikan oleh walikota Solo di waktu silam, yang masih kerabat dekat Soeharto.

Kini 2010 umat Katolik sedang berusaha mengajukan Ignatius Joseph Kasimo sebagai pahlawan Nasional. Dalam seminar dua kali di Jakarta dan Yogyakarta yang disponsori oleh Harian Kompas, Kasimo dijadikan contoh masa kini, ketika banyak orang resah akan lenyapnya politik bermartabat. Kegelisahan atas moral bangsa yang semakin luluh lantak, maka ada kerinduan khalayak atas po-litik yang bermartabat. Sosok Kasimo ditonjolkan sebagai nasionalis yang humanis, religius dan populis. Tumbuh besar dari kultur Katolik, memaknai peranan politik, sosial dan kulturalnya sebagai pilihan etis untuk memerdekakan bangsa sekaligus humanisasi berbasis pada keadilan, keadaban, martabat dan pluralisme.

Namun hasilnya? Kasimo tak tercantum dalam 10 nominator pahlawan nasional 2010. Malahan yang diterima oleh negara adalah Soeharto, yang sampai kini tetap menimbulkan kontroversi. IJ Kasimo bagi kita adalah pahlawan seperti halnya Slamet Riadi, Agustinus Adi Soetjipto, Jos Soedarso dan lain-lain. Maka gelar pahlawan itu tetap menjadi paradoks sepanjang zaman selagi ada kriteria subyektif "Pahlawanku, Pahlawanmu, Pahlawan Kita."

(IG.Sunito)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi