Doa Bapa Kami (7) Pengampunan Itu Membebaskan

 Lamtarida Simbolon, O.Carm  |     12 Dec 2013, 09:23

http://goo.gl/7Jaiky

Nelson Mandela dipenjara pemerintah kulit putih selama 27 tahun. Pada tahun 1994 ia menjadi presiden pertama non kulit putih di Afrika Selatan. Apakah yang ia lakukan terhadap pemerintah yang memenjarakannya? Seharusnya ia bisa balas dendam. Tetapi ia memilih jalan lain, jalan pengampunan. Mandela berkata, "Pengampunan itu membebaskan." Ya, pengampunan itu sungguh membebaskan, baik yang mengampuni maupun yang diampuni.

Yesus mengajar kita berdoa pengampunan. "Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami." Doa ini mendamaikan sekaligus menggelisahkan. Mendamaikan karena kita mohon belas kasih dan pengampunan Bapa yang maharahim dan mahapengampun itu kepada kita: ampunilah kesalahan kami. Menggelisahkan karena kita juga dituntut melakukan hal yang sama, mengampuni yang bersalah kepada kita. Seandainya doa ini hanya terdiri atas bagian pertama, kita pasti dengan lancar-lancar saja mendoakan doa Bapa Kami. Tetapi karena bagian kedua ini (seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami) kita sering gelisah mendoakan doa ini, bahkan ada orang yang tidak sanggup berdoa Bapa Kami.

Mengapa gelisah, bahkan tidak sanggup? Karena mengampuni itu sulitnya bukan main. Kita lebih ingin membalas dendam daripada mengampuni. Akan tetapi Yesus mengajarkan hal yang sama sekali berbeda, sama sekali baru tentang mengampuni. Bahkan yang lebih menggoncangkan iman kita lagi, berapa kali kita harus mengampuni seperti yang ditanyakan Petrus. "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? Yesus berkata kepadanya, "Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (Mat 18:21-22). Banyak orang melewati (tidak mau membaca) Sabda Tuhan ini.

Permohonan tentang pengampunan ini rupanya sangat penting karena itu Yesus membicarakan hal ini dalam khotbah di Bukit, jika kamu mengampuni, Bapamu akan mengampuni dan sebaliknya (Mat 6:14-15), dan juga tentang meninggalkan persembahan kalau belum berdamai dengan sesama (Mat 5:23-24). Apakah Sabda ini seperti sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan? Terlalu berat? Kelihatannya memang begitu. Tetapi Nelson Mandela telah melakukannya. Paus Yohanes Paulus II telah mengampuni penembaknya. Bagi manusia memang hal itu kelihatan tidak mungkin, tetapi bagi Allah tiada yang mustahil.

Pengampunan merupakan puncak doa Kristiani. Doa ini mengajarkan kita bahwa cinta itu tidak terbagi. Cinta kepada Allah yang tidak kelihatan harus diwujudkan kepada saudara-saudari kita yang kita lihat (1 Yoh 4:20). Cinta lebih kuat daripada dosa. Melalui doa ini, Yesus juga mengajarkan kepada kita bahwa pengampunan adalah syarat utama untuk perdamaian dan kebebasan sejati. Tanpa pengampunan, tidak ada perdamaian dan kemerdekaan sejati. Ya, pengampunan itu mendamaikan, pengampunan itu membebaskan.

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi