Madah Perendahan Diri (Nyanyian Kristus)

 Tomas Samaria  |     16 Nov 2014, 04:55

Bagaimana Yesus merendahkan diri sampai serendah-rendahnya, ditulis oleh Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." Yesus adalah Sabda yang menjelma jadi manusia. Inkarnasi (in=masuk; karmen-daging). Santo Paulus sangat terkesan akan persekutuan jemaat di Filipi. "Aku mengucapkan syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat kamu," (1:3). Hanya sayang, sepeninggal Paulus telah terjadi pergeseran di tengah umat: timbul egoisme, kesombongan
dan meninggalkan sikap kerendahan hati.

Madah Perendahan Diri (Nyanyian Kristus)

Sebuah jemaat/persekutuan yang ideal: "hendaknya sehati/sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan" sehingga mampu berdiri kokoh seperti jemaat mula-mula. Camkan sikap Yesus: "Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia," (2:6-7).

Semangat hidup orang Kristen: mengosongkan diri, merendahkan diri dan mau mengambil sikap seorang hamba. Contoh tidak elok seperti membolak-balikkaan meja seperti di Senayan (bukan menghakimi). Mentalitas hamba dijalani Yesus dengan taat kepada BapaNya, taat sampai mati, bahkan maut pun Dia harus hadapi.

Apakah ini hanya satu pencitraan ketika Presiden Jokowi blusukan di tengah kampung pengungsian erupsi gunung Sinabung, ia berjalan di bawah jemuran pakaian? Apakah ini ungkapan compassion, bela rasa di tengah rakyat yang ditimpa bencana.

Dalam pelayananNya yang hanya tiga tahun, Yesus sungguh masuk dalam hidup manusia. Umat Kristen dipanggil/diutus untuk hadir di tengah manusia. Inilah tantangan konkret! Butuh pengosongan diri dan kerendahan hati. Tindakan Yesus jadi teladan. Semangat Yesus jadi dasar. Aplikasi dalam penerapan di masarakat: 1. Persekutuan (koinonia). 2. Pelayanan (diakonia).

Gereja bukan arena, bukan tempat mementingkan diri dan cari pujian sia-sia. Melayani berarti korban waktu, tenaga dan pikiran. Kita harus keluar dari diri kita. Untuk mempersatukan sesama dan menjadikan orang lain pusat pelayanan. Maka itulah sebabnya "Allah sungguh sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama-dan segala lidah mengaku "Yesus Kristus adalah Tuhan" bagi kemuliaan Allah Bapa (2:9-11).

Gambaran orang yang fokus terhadap dirinya sendiri: "Kesudahan mereka ialah kebinasaan; Tuhan mereka adalah perut mereka; kemuliaan mereka ialah aib mereka; pikiran mereka semata-mata
tertuju perkara duniawi."(3:19).

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi