The Power of Giving

 Tomas Samaria  |     19 Apr 2015, 05:33

"Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kis 20:35)".

The Power of Giving

Angga Lestari, seorang gadis dari Sleman, ternyata mendapat berkah, karena perhatiannya yang besar kepada orang lain. Anak dari seorang buruh tani, anak bungsu dari dua bersaudara, Ayahnya hanya lulusan SMP, ibunya kelas dua SD. Gaji ayahnya antara 500-750 ribu sebulan, kalau padi dimakan tikus pendapatannya berkurang. Setiap hari, mereka
hanya makan nasi dengan garam atau kerupuk.

Dari SD sampai kuliah di UNS, ia beruntung dapat bea siswa. Ia tidak hanya duduk dan belajar di rumah, tapi juga membantu menggembalakan kambing dan cari makanan ternak. Satu hari, seorang tetangganya mau pinjam uang. Ia merogoh tabungan dan memberi jalan bagi ibu itu untuk berjualan es alpukat. Dia juga membuat paper mengenai alpukat. Semula keinginannya untuk pergi ke luar negeri, terganjal karena ia tak punya karya tulis. Di samping kuliah, ia juga terlibat dalam membina pendidikan anak-anak karang taruna di kampungnya.

Ketika ia sibuk bikin karya tulis, anak-anak kecil itu terlantar dan mereka hanya bermian di sawah dan mandi-mandi di sungai. Berkat pegabdian kepada anak-anak itu, ia mendapat tawaran dari Pembantu Rektor untuk pergi ke Jerman dengan membawa papernya mengenai manfaat alpukat. Ia hadir di tengah peserta dari 35 negara untuk menjelaskan apa yang dapat disumbangkan untuk negara dan lingkungan hidup.

Angga lulus setiap semester dengan IPK 4.00 dan lulus sebagai sarjana MIPA dalam 3½ tahun dengan cumlaude, IPK 3.98. Hadiah dari orang tuanya adalah mi ayam. Ia juga akan meneruskan pendidikannya di negeri Belanda.

Muhamad Afat anak ketiga dari empat beraudara juga berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya jadi buruh tani dengan upah 300-400 ribu sebulan/di rumah mereka berjualan beras eceran dan makanan ternak Kehidupannya cukup, karena berkat. Afat juga pernah kerja cari rumput dan cleaning service. Ia dapat beasiswa. Setelah ayahnya meninggal ia jualan donat dari rumah ke rumah dan di kampus. Ada juga orang menghinanya: "Kamu mau kuliah atau jual donat."

Setelah dua tahun dagang donat, seorang adik kelasnya mau jualan donat juga. Sehingga ia mundur, karena adik kelasnya ternyata lebih butuh. Ternyata Tuhan buka jalan baru. Seorang teman menawarkan bisnis buku. Jual satu buku dapat Rp 3.000, donat satu kotak hanya Rp 5.000. Uangnya dititip kepada ibu untuk modal sehari-hari.

Ia suka organisasi dan mengajar agama di pesantren kakeknya yang ternyata ada alumni jadi imam di Taiwan. Ia lulus sebagai sarjana sosiologi anthropologi dengan cum laude dan IPK 3.78.

(Sumber: Kick Andy)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi