Pendidikan Anak

  23 Sep 2013, 10:14

Apakah kita biarkan tanggung jawab kita mendidik anak di ambil alih?

Akhir-akhir ini pikiran kita terkoyak oleh berita Dul - anak 13 tahun yang mengalami kecelakaan mobil tengah malam di Jagorawi. Tulisan ini tidak mau mengupas tentang berita itu, tetapi saya lebih terdorong untuk mempertanyakan apa salah kita sebagai orang tua, sampai kejadian seperti itu bisa terjadi.

Dalam ulasannya Reynald Kasali mengupas bagus sekali dalam tulisannya yang saya dapati di: http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/12/18/782231/dul

Kita mungkin berpendapat itu kan kalangan selebritis, kita orang-orang biasa ini, yang tidak mampu membeli anaknya mobil mana bisa begitu. Benar! Tetapi pertanyaannya apakah kita telah memberi anak-anak kita bekal pendidikan cukup untuk menjadi manusia yang berkualitas.

Pertanyaan muncul didalam benak saya apakah kita cukup memberi bimbingan bagi anak-anak kita. Peran orang tua untuk membimbing anak dalam cinta-kasih, sering diserahkan pada pembantu atau baby sitter yang nota bene kurang pendidikan dan dibesarkan dengan budaya dan pekerti yang sama sekali beda.

Dalam hidup sehari-hari, saya dapati banyak anak SD yang fasih bahasa Inggeris atau Mandarin, tetapi tidak mampu memakai sepatu sendiri, bahkan kebelakang masih perlu ditemani. Tidak bisa/mau mengambil minum sendiri. Ada lagi di dalam gereja anak-anak yang cekatan main Angry Birds di tablet, Ipad atau Smartphone sambil makan minum saat misa.

Saya ingat ibu waktu saya kecil dengan sabar menerangkan apa yang sedang di lalukan romo, disaat konsekrasi beliau menyuruh saya berlutut dan berdoa, karena Yesus datang. Walaupun saat itu saya tidak paham, tetapi karena ibu terus mengajarkan dan memcontohkan bagaimana bersikap, lama-kelamaan pemahaman-pemahaman masuk juga.

Ada pasangan yang pulang kerja, langsung sibuk dengan hobbynya, anak diurus sepenuhnya oleh baby sitter; orang tua bertemu anak hanya diliburan akhir pekan dengan makan direstoran mewah di mall. Alasannya habis seharian sudah capai bekerja. Lagian rugi kan sudah membayar pengasuh anak, keenakan dia sudah bekerja.

Disisi lain ada pasangan yang begitu sampai rumah habis kerja mengambil alih pengasuhan anak dari sang Baby Sitter. Pengasuh bebas tugas. Memang secara materi tidak effisien, tetapi anak mendapat perhatin dari orang tua - suatu hal yang tidak tergantikan.

Orang tua adalah pengasuh utama bagi anak-anak. Pemberian materi yang berlimpah, pengasuh yang handal tetap cuma pelengkap, bukan pengganti. Anak butuh teladan, butuh bimbingan dan petunjuk bagaimana menyikapi dunia luar. Semua akan dia tiru dari orang yang paling dekat padanya. Tidak ada orang yang rela anaknya "mencintai orang lain" tetapi dalam prakteknya berapa anak lebih dekat pada pengasuhnya katimbang orang tuanya?

Sementara pengasuh - sebagai pekerja - tidak ada motivasi kuat untuk membina pribadi anak. Kalaupun mau, apakah dia cakap untuk itu. Bagi dia asal anak asuhannya sudah makan, mandi, minum susu, tidak demam dan tidak rewel, cukup! Kapan anak diajar budi pekerti, sopan santun, berdoa? Maka ada kasus terjadi anak asuh diberi obat tidur biar tidak rewel.

Perkembangan anak-anak adalah tanggung jawab orang, maka peran orang tua tidak boleh digantikan oleh orang lain, seprofesional apapun dia, cinta kasih orang tua tidak dapat dibeli. Maka sediakan waktu lebih banyak untuk berbicara dari hati kehati dengan anak anda.

(Robby Purnomo)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi