Sejarah Alkitab Indonesia-ku , Alkitab-ku Sayang

  27 Oct 2010, 21:49

Tatkala banyak umat Kristiani Eropa dan pelbagai bagian dunia sampai sekarang belum memiliki Alkitab terjemahan ekumenis, kita di Indonesia boleh berbangga karena kita telah memilikinya. Sehingga seluruh umat Kristiani Indonesia dapat bersatu dalam visinya yakni menghadirkan firman Allah bagi umat-Nya dalam bahasa yang mudah dipahami agar umat manusia dapat bertemu dan berinteraksi dengan Allah dan mengalami hidup baru. Namun apakah kita mengetahui sejarah terbentuknya?

Sejarah Alkitab Indonesia-ku , Alkitab-ku Sayang

Tulisan Kristen paling awal di Nusantara adalah Kitab Salat as-Sawai (Kitab Doa dan Tafakur) yang disusun orang Portugis bernama Gregorio de Gregorius tahun 1514 dan diterbitkan di Faro, Italia dalam tulisan Jawa mengandung petikan Alkitab Vulgata. Francis Xavier juga menyusun katekisme di dalam bahasa Melayu. Sejak tahun 1602 di Batavia hingga saat ini sudah ada minimal 22 versi Alkitab terjemahan dimulai terjemahan pedagang Belanda Albert Cornelius Ruyl dalam bahasa Melayu-Indonesia. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dari gereja-gereja Kristen anggota United Bible Societies (berdiri 1946 di Reading, Inggris) yang berdiri 1954 serta Lembaga Biblika Indonesia (LBI) milik gereja Katolik anggotaCatholic Biblical Federation yang berdiri 1965 merupakan lembaga utama yang mengusaha-kan alih bahasa Alkitab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah serta penyebarannya.

Salah satu tokoh penerjemahan awal adalah William Girdlestone Shellabear, perwira Inggris komandan pasukan Melayu di Singapore tahun 1886. Berkat doa dan bimbingan calon istrinya ia berhenti dari dinas militer tahun 1890, menyerahkan hidupnya pada Kristus dan bekerja sebagai misiona-ris Methodis. Dengan dukungan lembaga Alkitab tertua di dunia - British and Foreign Bible Society (BFBS) yang berdiri tahun 1804 dan koreksi Uskup Hose dari gereja Anglikan dan W.H Gomes, Shellabear mulai menyiapkan terjemahan baru Alkitab dalam bahasa Melayu dimulai dari terjemahan Injil Matius dan dicetak 1897, menggantikan terjemahan Keasberry (1856) yang sudah sulit dipahami.

Lembaga Alkitab Jawa adalah cabang pembantu BFBS yang dipimpin Thomas Stamford Rafles tahun 1814. Pada masa pendudukan Belanda tahun 1816 ia berganti nama jadi Lembaga Alkitab Hindia Belanda/Batavia. Untuk memperbaiki kemampuan bahasa Melayunya, ia pindah ke Malaka, dan dibantu Dr.H.L.E Leuring disamping Uskup Hose serta konsultasi Datuk Dalam dari Johor anak Munsyi Abdullah ia menyelesai-kan Perjanjian Baru pada 1904 dan dicetak 1910. Menanggapi Lembaga Alkitab untuk merevisi Perjanjian Lama terjemahan H. Cornelius Klinkert (1870), Shellabear membuat terjemahan baru yang diselesai-kannya tahun 1909 dan diterbitkan dalam huruf Arab Jawi tahun 1912. Baru tahun 1927-1929 dicetak edisi huruf Latin untuk disebarkan di Semenanjung Malaka (berda-sar ejaan Inggris) dan di Indonesia (berdasar ejaan Belanda). Menyadari banyak orang Semenanjung Malaka adalah baba dan nyonya keturunan Cina (Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Lekir sebenarnya juga Cina Melayu) Shellabear dibantu Chew Chin Yong dan Suleiman mengusahakan Perjanjian Baru dalam Melayu Baba tahun 1907 dan diterbitkan 1913 untuk memfasilitasi kaum Cina peranakan.

Sesuatu yang unik dalam terjemahan Shellabear adalah pemakaian kata Isa Almasih untuk Yesus, sekalipun terjemahan terdahulu menggunakan kata Yesus untuk menjembatani isi berita baik dan pembacanya. Tahun 1958 untuk memenuhi kebutuhan sementara, LAI menerbitkan terbitan darurat yaitu gabungan Perjanjian Lama Klinkert (1879) dan Perjanjian Baru Bode (1938) yang sekarang dikenal sebagai Terjemahan Lama. Pada tahun 1974 Alkitab terjemahan baru diterbitkan, tahun 1997 LAI menerbitkan revisi Perjanjian Baru terjemahan baru dan pada tahun 2000 Kitab Suci Injil revisi versi Shellabear diterbitkan LAI.

Pastor Cletus Groenen pendiri Lembaga Biblika Indonesia Saudara-Saudara Dina (LBSSD) dan rekan-rekan menerbitkan karya Perjanjian Baru Katolik lewat penerbit Arnoldus, Ende Flores tahun 1964, yang terkenal dengan versi Ende. Mengurbankan hasil karyanya sendiri dan para rekannya, Pastor C. Groenen yang wafat 1994 di Yogjakarta dalam usia 73 tahun, berjiwa besar menyarankan kepada Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI) tahun 1967 agar Gereja Katolik ikut bekerjasama dalam alihbahasa yang ditangani LAI, demi terjalinnya persatuan umat Kristiani Indonesia, setidak-tidaknya dalam hasil terjemahan Alkitab. Saran diterima dan sejak 1970 LBI dan LAI telah bekerjasama menghasilkan hanya satu versi Alkitab.

Tahun 1969 LBSSD dibubarkan atas permohonannya sendiri serta secara resmi dijadikan Lembaga Biblika Indonesia (LBI). Dan tahun 1970 LBI menjadi bagian integral MAWI yang mencakup selain menerjemahkan dan mencetak Alkitab, kegiatan program bulan kitab suci, kursus Alkitab (6 semester), seminar dan lokakarya, penerbitan artikel dan buku buku dan tafsiran terkait Alkitab. Dalam membaca Alkitab, tetaplah kita wajib berpegang pada Magisterium Katolik untuk memahami ayat-ayat dan demi perkembangan iman kita sendiri sebagai umat Katolik.

(Ansano Widagdyo- Ratu Damai IV.Sumber: Dr. Daud H. Soesilo - Mengenal Alkitab anda - Lembaga Alkitab Indonesia)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi