Think, Eat, And Save!

  25 Oct 2013, 14:51

Pada tanggal 5 Juni 2013, Program Lingkungan PBB menyambut hari Lingkungan Hidup dengan tema menarik, "Pikir, Makan, dan Selamatkan." Tema ini merupakan respon atas fakta ironis bahwa setiap tahun 1,3 milyar ton makanan terbuang percuma di selu­ruh dunia, sementara itu ada jutaan orang di dunia yang setiap hari tidak dapat makan secara layak dan sehat. Maka, tidaklah berlebihan bila Paus Fransiskus melontarkan pesan keras. "Jika kita membuang makanan, kita merampok orang miskin dan lapar!"

Dalam terang itu, kita harusnya menyadari bahwa kelaparan yang dialami tetangga di sekitar kita berkaitan erat dengan dua hal. Hal pertama adalah kebiasaan konsumtif demi kepuasaan diri. Menjamurnya bisnis retail dari pusat kota ke kampung padat penduduk, mendongkrak sikap konsumtif dan mengikis kesadaran masyarakat. Kebiasaan konsumtif telah mengubah wajah ruang makan dan dapur keluarga modern sebagai gudang penimbunan barang yang diiklankan media. Setidaknya, kondisi itu dapat terlihat melalui beragam kemasan makanan yang terdapat pada tempat pembuangan akhir.

Menarik untuk dicermati bagaimana masyarakat dijerat dengan strategi pasar mulai dari iklan yang bertubi-tubi sampai strategi penyusunan interior ruang penjualan sehingga kebutuhan tertier bertransformasi sebagai kebutuhan primer yang mutlak. Akibatnya, kebutuhan utama menjadi relatif untuk dipenuhi. Saat ini terlihat bagaimana kepemilikan gadget bagi sebagian orang menjadi lebih penting ketimbang memeroleh gizi dan nutrisi seimbang. Pendek kata, berkembangnya sikap konsumtif mengubah orientasi hukum alam.

Hal kedua berkaitan dengan berkembangnya sikap individualistik yang dihadirkan masyarakat konsumtif. Celakanya, sikap ini justru mulai diaplikasi oleh kanak-kanak dan orang muda. Di rumah, mereka sering tidak menghabiskan makanan yang mereka tuntut. Di sekolah dan mall, mereka menjadi pelahap segala jenis makanan. Bahkan demi hal itu, mereka rela berhutang ratusan ribu rupiah. Sebagai puncaknya, dalam acara bersama seperti retret sekolah, mereka kerap tidak sensitif dengan kebutuhan perut peserta lainnya.

Tema "Pikir, Makan, Selamatkan" tampaknya relevan guna menanamkan kembali solidaritas. Dari sejarah, perkembangan masyarakat konsumtif ternyata cenderung memberikan kerugian pada lingkungan hidup. Gaya hidup tidak pernah menambah kualitas hidup. Gaya hidup yang ditawarkan konsumerisme sekadar merupakan imajinasi ketakutan manusia pada kematian. Krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika sampai kini menjadi bukti dari pernyataan itu. Setiap siang dan malam, pengantri makanan gratis kerap ditemukan di sejumlah kota yang pernah menjadi pusat gaya hidup. Ancaman kelaparan pun mulai menghantui.

Di luar pagar rumah kita, masih ada begitu banyak orang lapar. Solidaritas harus dimulai dari diri sejak dini. Idiom bahwa kita dapat berpikir setelah menikmati makanan, harus dibuang jauh-jauh. Idiom itu sangat menyesatkan karena sangat individualistik! Mulailah memikirkan dengan serius rasa lapar berjuta-juta orang dan kelaparan yang sewaktu-waktu dapat terjadi sebelum lidah kita mencecap nikmatnya kemewahan anugerah Tuhan.

(Paul Heru Wibowo, Ling. Ignatius Peis)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi