Deuterokanonika

 Maria Clarissa  |     26 Nov 2016, 14:20

Kitab-kitab sejarah Deuteronomistik menceritakan tentang sejarah bangsa Israel setelah Musa. Sejarah itu dimulai dari masuknya bangsa Israel ke tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua. Kemudian setelah kematian Yosua, Israel dipimpin oleh para hakim, hingga kemudian terbentuk sebuah kerajaan, sampai akhirnya kerajaan tersebut terpecah menjadi dua lalu hancur, dan mereka mengalami masa pembuangan di Babel. Dalam kanon kitab suci Yahudi, kitab sejarah Deuteronomistik terdiri dari kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja.

Deuterokanonika

Dengan membaca kitab-kitab ini, kita dapat melihat Allah mengambil bagian dalam dinamika hidup bangsa Israel. Tentu saja kisah panjang yang terbentang dalam kitab-kitab tersebut memiliki latar belakang dan tujuan tertentu, antara lain aspek politis dan religius. Hal yang mau ditekankan adalah Allah senantiasa menyertai perjalanan bangsa itu. Allah berupaya melalui utusan-utusan-Nya untuk membuat bangsa Israel tetap setia kepada-Nya. Upaya-upaya itu dilakukan untuk mengingatkan bangsa Israel akan identitas mereka sebagai bangsa yang terikat perjanjian dengan Allah. Bangsa Israel banyak mengalami penindasan dari bangsa-bangsa lain, bahkan sampai harus mengalami kehancuran dan pembuangan. Tidak mudah untuk tetap bertahan dan setia pada identitas keyahudian mereka dengan situasi demikian. Akan tetapi, melalui para utusan-Nya, Allah memberikan pengharapan bagi mereka di saat mereka harus melewati masa-masa sulit. Bahkan, ketika di pembuangan, mereka masih mampu merefleksikan kejadian itu dan berusaha untuk menjalin relasi yang lebih dekat dengan Allah. Pegangan bagi mereka adalah penyertaan Allah dan janji Allah itu sendiri.

Ketika sedang menghadapi situasi sesulit apapun, bila kita mendekat kepada Allah, kita akan merasa masih memiliki pengharapan. Hal ini disebabkan karena kita percaya Allah akan memberi kekuatan batin untuk menghadapi segala kesulitan yang kita hadapi. Apakah dalam kesesakan kita mampu untuk tetap setia dan bahkan memperbaharui relasi kita dengan Allah? Setia berarti melalui segala usaha yang kita lakukan, kita dapat tetap mempercayakan segala sesuatunya kepada kehendak Allah. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5)

Yang dimaksud dengan memperbarui relasi dengan Allah adalah menjadi lebih akrab dan intim. Caranya adalah dengan berdoa dan melakukan pertobatan yang radikal, yaitu hidup yang semakin serupa dengan Kristus. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. (1Yoh 2:6)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi