Merayakan HAM Dengan Cinta Kasih

  3 Dec 2012, 12:13

Ketika Perang Dunia II dengan seksama telah mencabik-cabik kemanusiaan dan dengan sukses melayangkan 62.537.400 nyawa manusia atas nama 'entah'. Mata dunia mulai terbuka. Negara-negara yang tergabung dalam or-ganisasi dunia yang kemudian disebut PBB memaklumatkan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Dan cukup mencengangkan manakala negara-negara itu membutuhkan waktu 3 tahun untuk bersepakat dan mendeklarasikannya.

Merayakan HAM Dengan Cinta Kasih

64 tahun berlalu sejak disepakati untuk dirayakannya deklarasi tersebut, namun seperti yang kita baca, dengar, dan saksikan, kekerasan dalam berbagai bentuk masih saja terjadi. Mirisnya lagi, kekerasan tidak saja dilakukan oleh para pelajar, mahasiswa, dan yang mengaku cerdik pandai tetapi juga dilakukan atas nama penguasa jagad.

Muncul sebuah pertanyaan besar? Ketika HAM dirancang, dasarnya apa? Konsep siapa? Apakah sudah mempertimbangkan realitas budaya, ekonomi, dan politik tiap-tiap zona? Samakah nilai-nilai masyarakat industri dengan nilai-nilai masyarakat agraris? Ketika memukul adalah sebuah kebenaran dan kewajiban budaya, dapatkah pemukulan tersebut disebut sebagai pelanggar HAM?

Ah, kalau berpolemik tentang kekerasan dan asal-usulnya, bisa jadi hanya akan memperpanjang cerita tentang kekerasan itu sendiri. Apalagi mencari siapa yang paling benar, atau siapa yang salah dalam setiap kasus kekerasan. Bahkan ketika hukum ditegakkan setegak-tegaknya dan sekeras-kerasnya, hukum itu sendiri juga akan berbau kekerasan. Alih-alih untuk melindungi yang lemah.

Mungkin benar, HAM yang universal itu tidak ada, atau paling tidak keabsolutannya diragukan. Namun, karena setiap makluk mulia ini dibekali akal sehat dan hati nurani, penghormatan kemanusiaan yang universal itu pastilah ada. Tak seorang manusiapun di bumi ini yang tidak memahami arti cinta kasih. Tak seorang pun di dunia ini yang lahir dan besar tanpa sentuhan cinta kasih. Saya kira inilah HAM yang universal itu.

Cinta kasih akan mendorong manusia untuk paling tidak mengetahui, memahami, dan bila perlu ikut merasakan penderitaan orang lain. Cinta kasih akan membuat manusia melihat bahwa korban kekerasan - budaya, ekonomi, dan politik - adalah yang haknya dilanggar.

Adakah orang-orang di sekitar lingkungan kita yang haknya telah dilanggar? Tidak ada? Kalau tidak ada berarti tidak perlu dibuat program Ayo Sekolah Ayo Kuliah. Kalau sudah tidak ada korban kekerasan, Pengadilan Agama ditutup saja karena tidak ada juga pasangan suami istri yang bercerai. Namun jika masih ada, mari merayakan Hari Hak Asasi Manusia yang diperingati tiap 10 Desember, dengan memperjuangkan cinta kasih.

(felly)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi