Santo Vincensius Dari Lerins Dan Tradisi Katolik

  2 Apr 2011, 07:34

Sumber iman Katolik adalah Alkitab, Tradisi dan Magisterium. Sabda Allah dipercayakan Yesus kepada para rasul, melalui Tradisi disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, agar dalam pewartaan, mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkan iman yang sama dengan setia. Tradisi Suci bukan tradisi manusia yang hanya adat kebiasaan belaka, Untuk memahami Alkitab diperlukan terang Tradisi. Pemahaman diluar itu adalah pemahaman diluar konteks, karena Alkitab bagian dari Tradisi. Santo Paulus sendiri berpesan: "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan. maupun secara tertulis" (2 Tes. 2: 15).

Santo Vincensius Dari Lerins Dan Tradisi Katolik

Gereja juga sudah ada sebelum keberadaan kitab-kitab Perjanjian Baru, sama seperti penulis Perjanjian Lama. Magisterium dibimbing Roh Kudus diberi kuasa menginterpretasikan Alkitab.Tidak percaya Magisterium berarti tidak percaya Alkitab yang disusun olehnya dan menolak memahaminya dari kacamata penyusunnya. Vincensius adalah imam dan rahib abad ke-5 di pertapaan Lerins, sebuah pulau tak jauh dari pantai selatan Perancis dekat Cannes. Tergerak oleh kesadaran bahwa iman yang benar penting bagi keselamatan manusia dan dengan sedih menyaksikan betapa gereja diracuni pelbagai ajaran-ajaran sesat seperti Nestorian dan Apollinaris ia menulis Commonitorium (Memoranda) tahun 434, 3 tahun setelah konsili Ephesus dibawah nama samaran Peregrinus. Didalamnya ia merumuskan prinsip prinsip dasar untuk mengenali dan mematahkan ajaran-ajaran sesat dengan menegaskan bahwa iman Katolik harus merupakan pokok iman yang diyakini dimana-mana, selalu, dan oleh semua orang beriman (quod ubique, quod semper, quod ab omnibus creditum est) dan Kitab Suci harus ditafsirkan menurut Tradisi Gereja.

Pandangan yang lestari hingga masa kini ini antara lain berkat penerapan prinsip dalam karya Commonitorium St. Vincentius dari Lerins diatas. Kenyataan bahwa kaum sesat/bidaah ini melandaskannya pada Kitab Suci, tak menghindarkan mereka dari kesesatan, karena melawan tradisi mereka mengabaikan voluntas (intensi sejati) Sabda Allah seperti setan tatkala mencobai Yesus. Sekalipun Tradisi Gereja telah berlangsung lebih dari 4 abad, klarifikasi dasar-dasarnya baru dilakukan melalui Konsili Nicea (325), Konsili Konstantinopel (381) dan Konsili Ephesus (431).

Sikap Vincenstius terhadap tradisi bukan karena ia menolak kemajuan doktrin sesuai tuntutan jaman, melainkan karena "kemajuan" tak boleh menjurus pada perubahan iman. Seperti pohon atau tubuh, kemajuan berarti pertumbuhan, namun masih pokok pohon atau tubuh yang sama - pokok pohon dan tubuh mistik Kristus, tidak berubah menjadi yang lain. Di dalam Gereja, wahyu Allah di-nyatakan dalam Kitab Sucidan Tradisi Suci. Jika kita membaca Kitab Suci, terutama di dalam iman dan moral, kita wajib menempatkan pemahaman Magisterium Gereja dalam nama Yesus Kristus di atas pemahaman pribadi, karena kepada merekalah dipercayakan mengartikan Sabda dan Wahyu Allah secara otentik dari interpretasi yang salah. St. Vincensius meninggal semasa pemerintahan Theodosius II dan Valentinian III, sekitar tahun 445-450. Relikwinya masih berada di Lerins hingga kini. Ketiga tonggak kebenaran: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium merupakan pemenuhan janji Allah untuk selalu mendampingi GerejaNya.sampai kepada seluruh kebenaran (Yoh 16: 12-13) yang senantiasa bertahan hingga akhir jaman.

(Ansano Widagdyo- Ratu Damai 4. Sumber utama: The Catholic Encyclopedia: St. Vincent of Lerins)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi