Hari Anak-Anak dan Ledakan Penduduk

  30 Jun 2011, 13:43

Naila (8) dan Moza (4) dua kakak beradik ini mendadak menjadi anak yatim piatu ketika kedua orang tuanya tewas seketika, ditabrak bus Mayasari jurusan Kp. Rambutan - Kali Deres di persimpangan Slipi, Pal Merah. Suami isteri asal Tegal itu tengah memboncengkan kedua anaknya dan tak menyangka dihantam bus yang sopirnya ugal-ugalan dan bersama keneknya sopir langsung melarikan diri. Meninggalkan begitu saja keluarga itu yang terkapar di jalan raya.

Hari Anak-Anak dan Ledakan Penduduk

Sebelum itu, sejumlah anak-anak usia TK sekitar Jalan Pulo Mawar Dalam II,Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, kehilangan tempat belajarnya karena terlanda kebakaran. TK Al-Fikri bagi anak-anak dari keluarga tak mampu itu terletak di tengah-tengah hunian padat. Didirikan oleh Gustini, yang juga menyediakan tempat belajar. Ia hanya menarik bayaran Rp 30.000 per anak/bulan sunggguh sangat menolong warga. (Kompas 27/6/11). Dua ilustrasi peristiwa menyedihkan ini terjadi menyongsong Hari Anak-Anak 1 Juli. Di mana dunia anak-anak yang juga nota bene dunia riang-gembira, sekejap ibarat lenyap bagi mereka yang terkena musibah. Bagaimana nasib Naila dan Moza ke depan masih tanda tanya. Begitu juga dengan kelanjutan TK Al-Fikri itu.

Juga di musim liburan ini, bagi anak-anak dari keluarga yang beruntung pasti tak melewatkan kesempatan. Kota Bandung misalnya kini dipadati anak-anak dari Jakarta untuk menyaksikan "Disneyland" yang baru dibuka, dengan karcis masuk Rp 200.000 per anak/orang. Di mall di Jakarta tak kalah menarik a.l. atraksi Trapeze dari Las Vegas di PIM II, dan toko-toko pakaian/sepatu dipadati anak-anak. Di lain pihak juga terlihat anak-anak berkeliaran di jalan-jalan raya. Perumahan yang saya tinggali dekat rel KA Jakarta - Anyer, setiap pagi hari dipenuhi anak-anak bermain sepanjang rel KA. Mereka lempar-lemparan batu tak memperdulikan bahaya adanya KA yang lewat.

BABY BOOMINGTanpa bersuara sebenarnya Indonesia kini lagi terlanda baby booming, ledakan penduduk yang kalau tidak diwaspadai bisa menjadi prolem rumit masa depan. Kini kita sudah diwarisi generasi anak-anak yang kurang gizi akibat krismon 1997, di mana anak-anak kurang gizi ini akan menjadi generasi yang keras, waton suloyo, yang sulit dikendalikan akibat pertumbuhan otaknya terganggu akibat kurang gizi. Akibat program KB tidak berjalan lagi, maka Indonesia selalu kehilangan momentum untuk take off. Ketika program KB berjalan semasa Orba, diperkirakan penduduk Indonesia tahun 2006 sekitar 206 juta orang. Kata pakar, ini masih ideal.

Namun sesudah program KB mandeg, semua berubah dan tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk sudah mencapai 230 juta orang, jika dibiarkan terus tahun 2020 bisa-bisa menjadi 350 juta. (Catatan: Teorinya ada tapi tak ditulis karena terbatas halaman) Namun di balik itu ada "kegembiraan" bahwa tingkat kesejahteraan manula (di atas 65 tahun) meningkat. Artinya nanti antara anak-anak, kaum muda, dan manula ke depan akan saling bersaing dalam memperebutkan pangan. Cara mengatasinya? Ada yang menyarankan mengutip falsafah Yunani kuno dari Filsuf Plato dan Seneca. Plato: orang tua yang sakit dan tidak mampu bekerja lagi, biarkan saja nanti mati sendiri. Seneca: Anak terlahir cacat sebaiknya ditiadakan saja. Lha, yang ini jangan dijadikan ideologi. Kita sudah dibuat susah oleh kaum radikal yang mengutamakan kekerasan.

Anak-anak biarkan menikmati masa kanak-kanaknya seperti Dunia Peter Pan. Bersuka ria sepanjang hari.

(Ign. Sunito)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi