Beato Yohanes Paulus II

  6 May 2011, 11:19

Vatikan hari Minggu 1 Mei 2011 dipenuhi jutaan manusia untuk melihat dan sekaligus menyaksikan upacara misa beatifikasi Paus Yohanes Paulus II, JP II. Lautan manusia memenuhi lapangan Vatikan sampai meluber ke jalan-jalan sekitarnya hingga sepanjang pinggiran sungai Tauber yang membelah kota Roma, Italia. Menyaksikan suasana melalui pesawat TV, bulu kuduk sampai merinding dan adrenalin ikut bergolak. Kenangan masa lalu, terutama ketika menulis tentang Paus YP II ini di WM ini terkenang kembali, baik semasa hidupnya sampai waktu wafatnya 2 April 2005. Entah sudah berapa kali setiap moment penting JP II, saya menulis untuk WM sejak 1997.

Apalagi ditambah pernah berkunjung sendiri selain di Vatikan sampai tiga kali, malahan 1995 hampir saja bisa bersalaman di audiensi, ketika JP II berjalan melewati jajaran massa di mana saya berdiri. Juga ketika berkunjung ke Indonesia 1989, saya ikut menjadi prodiakon misa di stadion Utama Senayan. Ditambah berkunjung ke Katedral Krakow di Polandia Selatan, di mana Kardinal Karol Woytila menjadi Uskup Krakow sebelum menjadi Paus. Pendek kata kenangan sambung menyambung, dan entah kenapa jika saya menulis tentang dia, ada getaran tersendiri.

Buku Crossing The Threshold of Hope saya buka lagi di mana menggambarkan cintanya melampaui batas-batas agama,etnik, bangsa-bangsa, golongan, dan batas strata ekonomi, sosial, budaya, dan politik. 26 tahun masa kepausannya menerbitkan 14 Ensiklik. A.l. yang terkenal adalah Sollicitudo Rei Socialis - Keprihatinan Sosial (1988), Evangelium Vitae-Ajaran Kehidupan mengecam aborsi dan euthanasia (1995), Centemus Annus - Mendukung Demokrasi (1991) JP II salah seorang arsitek Konsili Vatikan II (1963-1965) di mana dokumen Gaudium et Spes - Kegembiraan dan Harapan Hubungan antara Gereja dan Dunia Moderen. Mengubah wajah Gereja sekaligus wajah Katolikisme. Ia wujudkan hasil konsili untuk menghadapi dunia yang tengah dikurung oleh berbagai ideologi. Seperti komunisme, atheis, dan humanisme bohong-bohongan.

Kepalsuan dunia dihadapi dengan cinta. Demikian juga dengan kebencian dunia. Lewat peradaban cinta yang dikembangkan ia menaklukkan dunia. Tak heran ia dijuluki Pastor Global karena mengunjungi 129 negara semasa 26 tahun kepausannya. Gereja yang membumi bersatu dengan umatnya menebarkan cinta, perdamaian, dan ajakan saling kasih mengasihi. Tak ada tandingannya dalam sejarah Paus yang pernah berbicara dengan begitu banyak orang, dalam berbagai konteks budaya yang berbeda. Paus paling konsekuensial sejak Reformasi abad ke-16.

Konsistensinya membangun HAAK hubungan antar agama dan kepercayaan, cerminan pribadinya yang pluralis sehingga ia mampu membumikan pemikiran dialog agama, yang seringkali oleh para agamawan dipahami sebagai ide-ide uthopia di buku saja. Ia wujudkan dialog agama sebagai cermin dari panggilan iman dan membentangkan panggilan tersebut di arena kehidupan nyata. Agama dengan keyakinan kuat atas keberpihakan kepada umat manusia dengan sendirinya menjadi nilai pembebas dari tradisi yang membelenggu, baik itu politik, ideologi atau sentimen ekonomi. Paus JP II telah menunjukkan bagaimana memaknai arti kebebasan itu tanpa harus mereduksi agama menjadi ideologi tertentu. Woow! Bandingkan di Indonesia, agama cenderung dipaksakan sebagai ideologi, namun dengan wajah sangar dan kekerasan.

Pendek kata untuk Beato Yohanes Paulus II sepertinya hanya "kesempurnaan" yang ada di kacamata saya.

(Ign. Sunito)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi