Ekopastoral Gereja MBK.!!!

  7 Jun 2013, 22:09

Persis 4 tahun lalu gereja menggalakkan gerakan peduli ling-kungan. Bahkan, sebuah komunitas anak muda katolik dengan nama "GROPESH" sengaja dibentuk di bawah asuhan Rm. Andang dalam menjalankan program pengolahan sampah. Beberapa produk komunitas ini dari pengolahan sampah, dapat dilihat saat tournya. Mulai dari tas, boneka atau alat-alat tulis terbuat dari barang-ba-rang bekas. Para anggota juga terkadang memberikan penyuluhan bagai-mana mengolah sampah non-organik dan membuat kompos. Beberapa gereja juga berlomba-lomba mengadakan event ataupun kegiatan penyuluhan. Salah satu gereja yang mengikuti kegiatan tersebut adalah MBK.

Namun, bila dilihat saat ini yang masih tersisa kini hanya dua tempat sampah yang harusnya dibedakan secara fungsinya, satu untuk sampah organik dan yang lain untuk sampah non-organik. Tapi nyatanya fungsi itu sudah berubah. Beruntung saat ini di dekat kantin, depan gereja dan di auditorium atas dekat lift, disediakan tempat yang dikhususkan untuk botol plastik.

Gereja sebagai salah satu tempat edukasi rohani, tentunya tak dapat berdiam diri. Gerakan ekopastoral dianggap menjadi salah satu bagian penting untuk memperbaiki sikap manusia terhadap alam. Tahun 2012, Nota Pastoral Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengambil judul "Keterlibatan Gereja dalam Melestarikan Keutuhan Ciptaan". Dengan memilih judul tersebut, seluruh umat katolik diajak untuk memberi perhatian, meningkatkan kepedulian dan tindakan partisipatif dalam menjaga, memperbaiki, melindungi dan melestarikan keutuhan ciptaan dari berbagai macam kerusakan. KWI melihat tata kelola keadaban lingkungan merupakan persoalan besar.

Paus Benediktus XVI juga sempat mengeluarkan Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No 48) yang berisi pentingnya kesadaran dan pemaha-man, bahwa alam adalah anugerah Allah untuk semua orang; karenanya harus dikelola secara bertanggung jawab bagi seluruh umat manusia.

Di negeri ini, begitu jelas batas kewajaran alam sering dirusak pula melalui upaya sistematis. Salah satunya dengan kebijakan publik yang hanya berpikir jangka pendek. Negara tak lagi memikirkan untuk apa semua dilakukan, kecuali hanya untuk kepentingan politik jangka pendek. Hutan Indonesia yang menjadi tumpuan dunia untuk bisa bertahan lebih lama semakin hari semakin keropos. Kenyataan ini didukung lemahnya penegakan hukum atas setiap penyelewengan yang terjadi.

Alam tidak lagi bersahabat dengan manusia saat keseimbangannya di-luluhlantakkan atas nama pertumbuhan ekonomi. Banjir beberapa bulan lalu menjadi pengingat yang baik, bahwa hal tersebut terjadi karena kurangnya kepedulian lingkungan.

Lalu bagaimana dengan MBK? Paroki ini yang saya tahu, dihuni oleh beberapa orang muda ataupun senior mapan. Baik dari segi ilmu pengeta-huan ataupun ekonomi, yang artinya umat atau personalnya mampu de-ngan cepat menyerap permasalahan lingkungan. Ehmm, semoga saja... Lalu, apa tindakan nyata yang akan kita buat?

(Agustinus D.S, Komsos)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi