Abu Dan Puasa Pembersih Motivasi, Bukan Sarana Memperoleh Pahala

  13 Feb 2013, 16:45

Prapaskah dan masa puasa diawali Rabu Abu dengan penandaan abu di setiap dahi. Dalam Matius 6: 1-6, 16-18, kita disarankan pula meningkatkan sedekah (amal), doa dan puasa.

Melalui sedekah lewat APP kita menyatakan solidaritas, berbagi dengan sesama yang kekurangan lewat pemberian nyata, lewat doa kita berusaha mendekatkan diri dengan Tuhan serta puasa (+pantang) merupakan sarana melatih pengendalian dan penguasaan diri. Sambil melakukan 3 hal ini, kemudian selama empat puluh hari dalam keheningan berusaha menyadari untuk memperbaiki semua tindakan yang telah mencederai panggilan kita sebagai anak-anak Allah.

Tetapi dengan peraturan pantang dan puasa Katolik yang sedemikian "enteng", mana mungkin kau peroleh pahala, demikian sekelompok orang mengkritisi? Apalagi mau hidup atau setidaknya dikenang selamanya. Lebih baik menanam pohon, menulis buku dan memiliki anak. Memang Yesus mengajarkan kita dalam Matius orientasi yang berbeda.

Bukan berorientasi pada diri sendiri dan memperoleh pahala termasuk pujian dari orang lain, namun bagaimana melalui tindakan kita memaknai hidup. Bukankah kita makhluk lemah yang pada Rabu Abu diingatkan berasal dari abu dan akan kembali menjadi abu, serta keberha silan dan pencapaian diraih berkat kebaikan Tuhan - hingga patut disyukuri dengan mempersembahkan semua kembali kepada-Nya juga?

Seperti abu membersihkan kotoran, saat berpuasa berpuasa kita tak boleh memiliki motivasi lain, selain sikap iman membersihkan diri, mengekspresikan pertobatan dan mau merendahkan diri secara total dihadapan Allah dalam perbuatan, bukan serangkaian kata-kata yang "saleh". Sehingga setelah masa puasa dengan spiritualitas dan sikap hati yang tersembunyi kita berubah di hadapan Allah, makin penuh kasih dan pengampunan kepada sesama.

Perubahan sikap hidup inilah yang harus dapat dirasakan orang di sekitar kita. Pohon yang ditanam dapat ditebang orang, buku yang ditulis mungkin tidak dibeli/dibaca dan dilupakan, seperti anakmu juga mungkin menyangkal dan melupakanmu. Motivasi puasa jangan demi memperoleh pahala dari Tuhan - agar dosa dosa yang diperbuat diampuni, tanpa menyesalinya dan bertobat. "Abu melambangkan sesal dan tobat dengan cara mengotori dahi, tetapi Roh Kudus menandai hati dengan cara membersihkannya dari noda dan dosa lewat sebuah pertobatan."

Dalam Matius 6 Yesus berbicara tentang cara berdoa, memberi dan berpuasa serta berpantang, menjelaskan apa yang sebenarnya penting untuk sebuah hidup yang kekal, bukan sekadar apa yang penting untuk hidup di dunia saat ini. Sedekah, doa dan puasa sebenarnya hanyalah awal sikap bertobat, tetapi perubahan hidup merupakan wujud sesungguhnya dari pertobatan kita. Abu dan puasa hendaknya jadi pembersih motivasi duniawi yang salah. Hanya motivasi pertobatan dan perubahan hidup yang mungkin dapat membersihkan "piring hati" kotor agar layak diisi makanan rohani Yesus penghasil energi untuk hidup kekal.

Ansano Widagdyo-Ratu Damai 4

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi