11 Maret Menggugat Moral Sejarah

  7 Mar 2013, 21:14

Setiap tanggal 11 Maret pasca tahun 2000 selalu didengungkan kembali pelurusan penulisan sejarah Indonesia, di mana sejak 11 Maret 1966 sejarah Indonesia yang menjadi kurikulum sekolah sudah dimanipulasi oleh pemerintah Orba. Guna kepentingan kelanggengan kekuasaan penguasa, history berubah menjadi his story cerita kepahlawanan seseorang dan kebohongan berlangsung selama 32 tahun lebih. Kebohongan terus menerus secara intens, sistemik, massif, menjelma menjadi rezim. Di mana sekarang dikenal apa yang dinamakan Super Semar (Surat Perintah 11 Maret) yaitu surat perintah dari Presiden pertama RI Soekarno kepada Jenderal Soeharto untuk mengendalikan situasi Negara waktu itu, "berubah" menjadi surat pergantian kekuasaan atau dikenal sekarang sebagai kudeta merangkak.

Generasi muda 1966 sudah termakan bahwa Super Semar sebagai senjata ampuh rezim meniadakan lawan-lawannya. Maka, akibatnya kita tahu sendiri. Kebohongan untuk melanggengkan kekuasaan adalah tragedi peradaban. Rezim kebohongan memiliki aparatur yang berkuasa di berbagai lembaga pemerintahan, mengantar kepada publik realitas semu. Mengubah kebenaran menjadi pembenaran melalui ideologi, agama. Rezim mengklaim benar sendiri, yang lain dianggap subversif. Celakanya lagi kalau kita ingin merevisi langsung dicap komunis/PKI. Habis riwayat kita anak beranak/cucu/cicit.

ASLINYA MANA?Para sejarawan Indonesia sampai saat ini masih mempertanyakan surat perintah asli 11 Maret 1966. Sebab hampir satu dasa warsa menjadi perdebatan karena saksi-saksi dari pihak Bung Karno dibungkam, sementara saksi hidup dari Orba seperti Amir Mahmud, Basuki Rahmat sudah meninggal terlebih dahulu. Juga terakhir M. Jusuf sampai meninggal 2004 dan Soeharto menyusul 2008 tetap diam seribu bahasa. Ahli tentang Indonesia, Ben Anderson, setelah melakukan riset mengambil kesimpulan bahwa SP yang asli sengaja dihilangkan karena hanya berupa surat ketikan yang berkop MBAD Markas Besar Angkatan Darat (Kompas 10/3/08). Keterangan itu berdasarkan kesaksian pengawal Bung Karno Letnan Dua (Inf) Soekardjo Wilardjito, yang ditugasi mengetik surat tersebut.

Pasca tahun 2000 kebenaran yang dulu ditutup-tutupi menjadi terbuka dan dipelopori oleh akademisi asing yang nota bene tidak mempunyai kepentingan apapun di Indonesia.

Buku-buku mereka sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan gampang diperoleh. Bahkan juga sejarawan Indonesia yang dahulu menolak kolaborasi dengan Orba dalam penulisan sejarah sepihak, juga sudah bergerak. Namun menemui kendala masih kuatnya sisa-sisa Orba terutama di kementerian pendidikan. Contoh jelas, sejarah Indonesia yang direvisi untuk pelajaran sekolah dicabut oleh Menteri Pendidikan Bambang Soedibyo.

Kasus Super Semar hanya salah satu contoh pelajaran bagi generasi penerus. Sejarah seharusnya ditulis dengan etika akademis dengan spirit human concern, karena sejarah ada hubungan erat dengan etika. Sejarah bukan instrumen pembenaran kekuasaan suatu kelompok atau sikap politik golongan, rezim. Di mana rezim kebohongan merusak karakter bangsa, hilang identitas kebangsaannya, menjadi bangsa yang kehilangan semangat kompetisi, gagal bersaing dengan Negara lain. Kita hanya memproduk pecundang-pecundang yang memburu kekuasaan. Lihatlah secara nyata bangsa Indonesia sekarang ini.

Hasilnya adalah terus bertumbuhnya koruptor-koruptor baru, dan pandai berbohong serta memalsukan fakta-fakta hukum sebelum terkuak di pengadilan.

(Ign.Sunito)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi