Pesta Salib Suci

  10 Sep 2011, 06:13

Salib merupakan bagian integral dari Gereja Katolik. Bahkan Yesus menjadikannya sebagai salah satu syarat utama dalam mengikuti diri-Nya dan seluruh ajaran-Nya, "Barang siapa hendak mengikuti Aku hendaklah Ia menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Aku".

Maka tak heran jika kemudian berkembang aneka macam permenungan tentang salib Kristus. Aneka ekspresi akan salib ini juga mucul dalam sejarah Gereja. Bahkan Gereja secara khusus merayakan peristiwa salib yakni: Pesta Salib Suci, suatu pesta untuk menghormati Penemuan Salib yang dulu digunakan untuk menyalibkan Yesus.

Pesta Salib Suci tidak dapat dilepaskan dengan pribadi St. Helena, ibunda dari Kaisar Konstantin. St. Helena dipercayai oleh Gereja sebagai pribadi yang menemukan salib Yesus. Ia memiliki penghormatan sangat tinggi terhadap salib Kristus. Dan karena cintanya ia mendapatkan anugerah penemuan kayu salib yang dulu dipergunakan untuk menyalibkan Yesus. Peristiwa penemuan salib ini dirayakan setiap tanggal 14 September oleh Gereja. Apa yang bisa kita renungkan dari pesta salib Suci ini? Berikut ini tiga poin yang diharapkan dapat menjadi bahan permenungan:

1. Salib bagian integral hidup manusiaDi dunia ini, manusia hadir dan pergi ditandai dengan tangisan. Dalam proses persalinan akan melakukan tindakan tertentu (misalnya "nyeples" atau tamparan kecil di pantat bayi) agar bayi menangis. Demikian juga ketika manusia meninggal ditandai dengan tangisan sanak keluarga dan sahabatnya.

Yang mau digambarkan dari peristiwa ini adalah Hidup manusia memang tidak akan terlepas dari penderitaan. Tangisan merupakan ungkapan penderitaan, salib manusia. Tangisan merupakan simbol bahwa hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari Salib dan penderitaan. Maka menolak salib dalam kehidupan ini akan berujung pa-da kesia-siaan, karena manusia akan tetap menghadapi salib. Maka sikap dasar yang perlu ditanamkan dalam diri kita adalah menerima salib sebagai bagian hidup dan memaknainya agar memiliki arti bagi hidupnya.

2. Salib Kristus berujung Kebangkitan Dalam memaknai salib, kita dapat bercermin dan meneladani Yesus Kristus yang menerima, memikul bahkan rela mati di tiang salib. Dengan kematian Kristus di tiang salib sepertinya manusia dihancurkan dalam kematian. Di sini sorak dan pekik si iblis dan kejahatan memeperoleh kemenangan. Namun peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian di kayu salib menunjukkan bahwa salib pada hakekatnya tidak pernah berhenti pada penderitaan dan kematian. Dalam diri Yesus Salib berujung pada kebangkitan.

3. Salib menjadi Jalan Hidup Kristiani Kita tidak saja diminta untuk menghidupi salib, tetapi lebih dari itu salib menjadi model dan jalan hidup Kristiani. Orang Kristiani dalam perjalanan hidupnya harus senantiasa menumpangkan salib di pundaknya. Memang sakit dan berat, tetapi itulah gaya hidup kristiani. Oleh karena itu orang kristiani yang hidup tanpa salib berarti hidup tanpa Kristus sendiri. Hidup tanpa Kristus berarti hidup tanpa keselamatan. Mengapa, karena tidak ada seorang pun sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.

Seperti Salib Kristus berujung pada kebangkitan dan kemuliaan demikian juga salib setiap orang Kristiani. Di ujung lorong kegelapan dan penderitaan salib, adalah cahaya kebangkitan dan kemuliaan. Jalan salib adalah jalan penderitaan, jalan kesetiaan, jalan kejujuran yang akan berujung pada kemuliaan apabila ia setia sampai akhir.

(Romo Heri O.Carm)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi