Jakarta, Cermin Kota Zaman Edan - HUT Kota Jakarta Ke - 485

  16 Jun 2012, 19:10

Suatu hari saya mengendarai mobil keliling kota Jakarta karena ada suatu keperluan. Saya baru sadar selama ini selalu "nyumpah" Gila! Gila! karena kaget dipotong mobil lain. Lebih-lebih kalau "musuh"nya sepeda motor. Begitu juga ketika naik kendaraan umum, mengingat tempat tujuan susah parkir. Dari naik mikrolet nyambung bus way, kemudian nyeberang jalan, selalu "nyumpah" juga, gila!

Urusan E.KTP juga ngedumel, gila! antrinya panjang bener. Mau nonton film "Soegija" sama juga, gila! dapat vouchernya di bioskop BSD. Saya sengaja mengumpat, gila! untuk menahan diri supaya jangan keterusan keluar kamus kebon binatang.

Demikian juga ketika melihat talk show di TV terlebih-lebih melihat acara Jakarta Lawyers Club, juga saat melihat tawuran terjadi setiap hari, atau korupsi yang menggila di setiap sudut kota Jakarta. Melihat adegan ormas yang mengklaim diri sebagai "polisi moral ", Sampai terakhir ketika Mahkamah Konstitusi menyatakan jabatan Wamen, wakil menteri tidak sesuai dengan UUD. Gila! Gila! "Wah, edan! Piye to, iki? Kakak saya tertua dengan bahasa Jawanya, menimpali "Wis, jan! Jakarta kuwi pancen kuto edan!"

Jakarta dan kita khususnya, serta Indonesia umumnya hidup di abad teknologi dan ilmu pengetahuan yang semestinya membawa pencerahan akal budi. Namun ternyata yang paling kentara adalah merangsang keserakahan tanpa batas, bagai samudera yang tak bertepi. Lihat saja contoh sederhana sehari-hari bagaimana lalu lintas di jalan raya. Kata para ahli psikologi bahwa kemacetan demi kemacetan itu membawa akumulasi penurunan kecerdasan. Bayangkan pemerintah DKI di bawah gubernur sekarang ini glagepan ketika ditanya mana janjinya dulu "Jakarta Serahkan Pada Ahlinya" terutama mengatasi kemacetan, banjir, dan kriminalitas.

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASARUkuran keberhasilan pemerintahan kota khususnya, bisa dilihat dari terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dasar warga? Yaitu pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, sarana umum, pemukiman, dan keamanan. Tidak usah diuraikan secara rinci, karena butuh ribuan halaman untuk menguraikannya. Harus disertai pula dengan data-data statistik. Lihat saja di sekitar Gereja MBK, hanya sebuah contoh, cermin. Umat bertengkar sekeluarnya dari misa gereja hanya gara-gara perparkiran, dengan cara bar-bar pula. Lagi-lagi saya hanya bisa bilang, gila! kok, ya ada! sambil geleng-geleng kepala.

Zaman edan beneran ini sebagai kelanjutan Kalatidanya pujangga Ronggowarsito. Sebenarnya roh ajaran ini adalah nasehat moral untuk eling dan waspada demi keselamatan dan kemuliaan hidup. Apakah bisa "menyala apinya"? Lha, kenyataannya semakin redup malah cenderung menuju kegelapan. Juga pengaruhnya ke dalam jiwa sehingga perilaku menjadi "jiwa gelap". Tak heran seluruh struktur hidup duniawi kita juga ikut gelap. Ironisnya jiwa gelap itu berkiprah di tengah kemegahan dan kecemerlangan, hingar-bingar kehidupan kota metropolitan.

Sebentar lagi, ada pemilihan Gubernur DKI. Semoga kita jangan sampai salah pilih. Semoga gubernur baru mampu mengubah atau minimal menjaga kecerdasan kita jangan sampai terus menurun.

(Ign.Sunito)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi