Hari Kebangkitan Nasional

 Andreas Pratama  |     26 May 2014, 11:07

Berbagai tokoh pejuang Indonesia pada tanggal 20 Mei 1908 sepakat untuk membentuk Boedi Oetomo sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Para kaum muda pun mulai rajin untuk memicu semangat rakyat Indonesia untuk mulai menyadari harkat dan martabatnya sebagai sebuah bangsa. Boedi Oetomo pun menjadi perlambang pertama dimulainya perlawanan atas penjajahan di Indonesia.

Namun tanggal 20 Mei yang kini lebih dikenal sebagai hari Kebangkitan Nasional pun kini hanya menjadi sebuah simbol sejarah semata. Harkat dan martabat sebagai bangsa berdaulat - sesuatu yang maha penting di zaman penjajahan - seolah telah menghilang. Tak ada lagi semangat persatuan dan kesatuan yang dahulu diusung oleh para pahlawan ketika melawan para penjajah. Bangsa Indonesia kini telah keropos, dihancurkan dari dalam.

Para elit negeri beramai-ramai melakukan tindakan korupsi. Tak ada lagi rasa nasionalisme di antara pejabat-pejabat tinggi yang seharusnya mengayomi rakyatnya dengan nilai-nilai nasionalisme. Berita soal kaum minoritas pun menjadi bulan-bulanan yang mayoritas. Sungguh aneh, apabila kita bercermin kepada perjuangan para pahlawan kita yang tak mengenal perbedaan, berjuang untuk Indonesia.

Perilaku negatif dan ketidakpedulian para elit tersebut pada akhirnya menular kepada "bawahannya", yaitu rakyat Indonesia. Kita menjadi terbiasa untuk menyaksikan berita-berita korupsi yang dilakukan oleh para menteri dan anggota-anggota DPR. Sistem "imunitas" kita pun menjadi semakin tinggi dan menjadi tak peduli dengan kabar-kabar soal kekerasan terhadap si minoritas. "Sudah biasa. Namanya juga Indonesia," begitu dalih kita.

Hari Kebangkitan Nasional tak lagi sakral. Pesan untuk bersatu dan berjuang demi negara Indonesia menguap. Mimpi untuk menjadi sebuah bangsa yang besar seolah hanya menjadi jargon semata dan mulai menghilang secara perlahan-lahan. Hari Kebangkitan Nasional hanya menjadi sebuah rutinitas tanpa nilai dan makna.

Sejarah bukan sekedar dijadikan bahan pelajaran dan penelitian semata. Kita harus mengingat kembali nilai-nilai luhur yang diusung oleh para pendiri negara Indonesia. Semangat persatuan wajib kita bangun kembali dengan mulai menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama. Dengan dasar kepedulian tersebut, niscaya kita bisa membina kesatuan, seperti yang para leluhur kita junjung tinggi di masa lalu.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional.

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi