Seni Budaya Lebih Abadi dari Kebangsawanan

 Tomas Samaria  |     26 May 2014, 11:19

Pada suatu hari Ludwig von Beethoven dan Wolfgang von Goethe, komponis dan pujangga Jerman yang tersohor berjalan-jalan di sebuah taman di kota Vienna (WINA). Tiba-tiba suasana jadi hiruk pikuk. Banyak orang yang bergerombol menuju ke satu tempat. Ternyata yang datang adalah Pangeran Rudolf yang naik kereta kencananya untuk melintasi taman kota itu. Goethe juga ikut menyongsong kedatangan Sang Pangeran untuk memberikan hormat. Ketika Pangeran lewat, Goethe membungkukkan badannya untuk memberikan hormat.

Ketika Pangeran Rudolf melihat ada Beethoven di belakang Goethe, ia membuka pintu kereta dan turun menghampiri sang komponis. Pangeran memberikan hormat sambil membungkukkan badannya. Ternyata Beethoven adalah guru musik sang Pangeran.

Setelah peristiwa itu berlalu, Beethoven menegur Goethe, sastrawan yang terkenal menulis Dr.Faustus: "Mengapa engkau memberikan hormat dan membungkuk kepada Pangeran." "Dia besar karena ia lahir di istana. Tetapi kita besar adalah karena karya kita," kata Beethoven yang membuat banyak simfoni-simfoni terkenal. Jerman meratapi kematian mereka, Beethoven, Goethe atau pun Freidrich Schiller. Tidak tahu kapan akan terlahir seniman budayawan yang besar-besar itu lagi.

Seni dan budaya yang agung lintas bangsa dan Negara. Ketika Perancis harus berperang melawan Jerman, mereka memainkan dan mendengarkan musik von Beethoven sebelum angkat senjata melawan Jerman.

Ketika seorang penginjil datang berkotbah agar bangsa rakyat Filipino sampai presidenya bertobat, supaya berkat-berkat dari surga tercurah. Dua ribu orang menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Ketika kampanye kebangunan rohani selesai, petugas TV nasional yang terkenal mendatang sang penginjil dan berkata: "Maaf tuan pendeta, sebagian kecil dari kotbah anda akan disensor!."

Sang penginjil mengerenyitkan keningnya; "Bagian yang mana yah,." Tanyanya. "Bagian agar Presiden juga harus bertobat!." "Kenapa," lanjutnya heran. " Tuan Marcos sudah berkuasa dua puluh tahun (waktu itu). Jika ia melihat dan mendengar tayangan TV mungkin anda tidak boleh datang ke Manila lagi!," ujar petugas TV itu. "Tapi jika saya datang ke sini, mungkin dia sudah tidak berkuasa lagi," argument sang penginjil. " Tuhan kami Yesus Kristus, Raja Semesta Alam sudah dua ribu tahun berkuasa jadi raja di atas segala raja. Raja dan Presiden di dunia ini, boleh silih berganti, tapi Firman Allah kekal sampai selama-lamanya.

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi