Perjuangan Mendekatkan Tercapainya Citacita

  15 Aug 2013, 10:38

Diperlukan pencernaan kuat untuk menyerap saripati isi kalimat judul. Berjuang dan perjuangan seolah hanya milik pejuang saat perang kemerdekaan Indonesia. Berjuang adalah berlaga, bertarung di medan laga. Apa taru­hannya: terenggutnya jiwa dan raga demi tercapainya cita cita kemerdekaan. Namun semboyan: "Merdeka atau mati adalah harga mati", "Terus maju pantang mundur, rawe-rawe rantas malang-malang putung" adalah sikap tak mencari-cari untung. Musuh jelas: mereka kaum kolonialis yang ingin menjejak­kan kembali kakinya di bumi pertiwi. Spiritualitas kaum republikan adalah alinea pertama Mukadimah UUD 1945; Kemerdekaan adalah hak segala bangsa maka penjajahan harus dihapuskan. Dihapus tidak dengan tipp-ex atau penghapus lain, melainkan dengan perjuangan. Titik! Namun jangan harap perjuangan dan semangat juang seperti itu saat itu laik guna oleh siapa saja yang punya dan ingin mencapai cita-citanya. Apakah itu pribadi, kelompok atau masyara­kat bahkan umat. Arah mana isi dan semangat dalam judul dituju? Apakah umat dan gereja juga punya cita-cita yang harus " diperjuangkan " sebagaimana bangsa ini memperjuangkan kemerdekaannya?

Pembaca setia Warta Minggu pasti tak melewatkan kolom bertepi hitam tebal di halaman depan: ARDAS DAN SPIRITUALITAS ditulis dengan huruf tebal. Ini pasti bukan tanpa maksud. Mungkin untuk mempertebal keyakinanumat bahwa gereja (KAJ) punya cita-cita. Pertanyaan timbul: apakah cita-cita Ardas dan Spiritualitasnya

juga menjadi bagian hidup tiap pri-badi umat MBK dan gereja KAJ pada umumnya? Bagaimana menggolkan cita-cita suci mulia itu? Semangat juang "model 45" jelas tidak pas di sini. Meski dunia berputar waktu beredar semangat juang tak boleh pudar. Semangat 45 adalah bagi mu negeri. Pro ecclesia etPatria - bagi gereja dan tanah air adalah utama. Kurang apa lagi? Perlu dan benarkah "per­juangan" itu mendekatkan cita-cita?

Kata berjuang kesannya sangat dramatis. Tetapi mana ada keberhasi­lan, sukses tanpa perjuangan? Baca isi buku tebal 40 tahun MBK cermati peran aktif tokoh, founding fathers kita. Perlu perjuangan sengit untuk menegaskan bahwa MBK ada itu bukan turun dari langit. Demikian pula kemerdekaan bangsa ini yang HUT nya kita peringati tgl 17 Agustus nanti Tercapaikah cita cita kemerdekaan itu? Penulis tak punya jawab. Yang jelas hari ini saat ini, merdeka dan kemerdekaan itu ditafsir sebagai - boleh melakukan apa saja dengan leluasa sesuka hati, tak peduli orangsuka atau benci. Pembaca boleh dan dapat menyak­sikan implementasi adegan "tafsir merdeka" versi ini dimana saja, kapan saja.

Perjuangan seseorang baru ada artinya jika terlebih dulu dimulai dari diri sendiri, kata orang bijak. Maka marilah kita bijaksana dan tidak bijaksini.

Suwanto Soewandi - St. Benedictus.

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi