Tradisi 136 Tahun Banjir Jakarta

 Andreas S. Pratama  |     19 Jan 2014, 00:42

Amerika Serikat saat ini tengah dilanda oleh fenomena alam polar vortex, sebuah fenomena yang membuat suhu di hampir seluruh wilayah negeri Paman Sam menurun drastis, dari minus 77 derajat hingga 40 derajat Celcius.

Tradisi 136 Tahun Banjir Jakarta

Tetapi Amerika Serikat tak sendiri. Ibukota Indonesia saat ini juga dilanda oleh sebuah fenomena tersendiri, fenomena yang hampir selalu terjadi di awal Januari hingga awal Februari, yaitu banjir. Berbeda dengan polar vortex yang baru terjadi setelah lebih dari 60 tahun, banjir di kota Jakarta justru terjadi secara rutin, hampir setiap awal tahun.

Bahkan bila dirunut secara lebih jauh lagi, Jakarta telah menjadi sebuah kota yang memiliki "tradisi banjir". Menurut buku yang ditulis oleh Susan Blackburn, Jakarta: a History, kota pusat pemerintahan Indonesia ini telah dilanda banjir sejak tahun 1878. Artinya, Jakarta telah menjadi langganan banjir dalam rentang tahun yang cukup lama.

Usaha untuk menanggulangi banjir ini sendiri juga terhitung telah cukup lama. Pada tahun 1920, Prof. Ir. Herman van Breen merlis gagasan untuk membangun dua saluran kolektor yang mengepung kota untuk menampung limpahan air. Saluran pertama dibangun untuk menyusuri tepian barat kota (Kanal Banjir Barat) yang dibangun pada tahun 1922, sedangkan yang lain melewati tepian timur kota (Kanal Banjir Timur) yang tertunda hingga tahun 2003, akibat perang dunia kedua.

Kedua pembangunan ini tampaknya masih belum memberikan hasil yang positif. Jakarta masih rutin diserang banjir kala musim hujan datang. Banyak penyebabnya, salah satunya adalah wilayah Jakarta yang hampir 40%-nya berada di bawah permukaan laut. Tetapi pemicu utamanya ialah kebiasaan kita, warga Jakarta yang doyan membuang sampah sembarangan.

Seperti yang telah kita bisa lihat dari video Dekorasi Natar Daur Ulang 2013 Paroki Tomang Gereja Maria Bunda Karmel di YouTube, sampah menjadi penyebab paling utama mengapa Jakarta terus-menerus dikepung banjir. Di dalam video tersebut, disebutkan Jakarta telah dikepung oleh sampah seluas dua kali lapangan futsal. Jumlah yang spektakuler tersebut turut didukung oleh warga Jakarta yang menghasilkan 625 juta liter sampah per harinya.

Bercermin pada data-data barusan, sudah sepantasnya kita merasa terpukul. Mengapa? Karena kita justru sibuk menuntut pemerintah untuk menangani banjir ini dan menjadi penonton pasif, tanpa mengubah kebiasaan kita sehari-hari. Duet Joko Widodo dan Basuki Tjahja Purnama boleh saja berjanji untuk bisa menyelesaikan permasalahan banjir ini. Tapi tentu saja tanpa peran serta kita sebagai penghuni Jakarta, banjir tidak akan surut dalam waktu dekat.

Banjir di Jakarta telah berumur 136 tahun. Tanpa perubahan sikap dan kebiasaan sehari-hari, Jakarta bisa saja tenggelam di masa depan dalam waktu dekat. Mungkin kita tidak akan mengalaminya, tetapi mungkin anak-cucu kitalah yang akan menjadi korban tindakan buruk kita. Jadi, tunggu apa lagi?

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi