Spiritualitas Ekaristi (bagian 2)

  18 Jan 2013, 20:48

"LITURGI SABDA - TUHAN BERFIRMAN"

Pada edisi yang lalu kita telah mendalami Ritus Pembuka tata perayaan Ekaristi. Kita telah melihat bahwa seruan Tuhan Kasihanilah Kami mau mengajak kita untuk meratapi segala luka dan dosa kita, serta mohon belas kasih dan pengampunan dari Tuhan. Pada edisi ini kita akan mendalami makna Liturgi Sabda dalam perayaanEkaristi kita. Untuk mengingatkan kembali, bahwa permenungan kita tentang Spiritualitas Ekaristi ini didasarkan pada Lukas 24: 13-35.

Kedua murid yang sedang pulang ke Emaus itu bercerita panjang-lebar tentang pengalaman pahit mereka. Mereka berkisah tentang hilangnya harapan mereka, yaitu Yesus yang mati mengenaskan di kayu salib itu.Mereka bercerita tentang berita aneh,yaitu hilangnya mayat Yesus dari kubur. Akan tetapi, orang asing itu mengejutkan mereka. "Hai kamu orang bodoh...." Kata-kata itu menya­kitkan, tetapi sekaligus membangun-kan mereka dari kebodohannya. Orang asing itu menjelaskan Kitab Suci ten­tang Mesias, mulai dari kitab Musa sampai pada kitab nabi-nabi. Hati mereka berkobar-kobar mendengar­kan Sabda itu.

Bagian kedua dari perayaan Ekaristi ialah Liturgi Sabda. Liturgi Sabda ber-arti Tuhan sendiri berfirman ketika Kitab Suci dibacakan, dan diwartakan melalui homili. Kehadiran Yesus dalam Ekaristi pertama-tama ialah kehadiranlewat Sabda. Meja sabda sejajar de-ngan meja altar. Apa artinya? Sabda Tuhan mempunyai kedudukan yang se-jajar dengan Tubuh Kristus yang dipersembahkan di meja altar. Tanpa meli­hat kehadiran Tuhan dalam Sabda-Nya, kita tidak mampu memahami kehadi­ran-Nya dalam pemecahan roti.

Seluruh teks Kitab Suci yang diba­cakan (PL dan PB), mulai dari bacaan pertama sampai Injil, mau mengantar kita untuk semakin mengenal Yesus. Agar tujuan ini tercapai, dua aktivitas yang harus terjadi ialah: membacakan dan mendengarkan. Lektor membacakan Sabda Tuhan, umat mendengar­kannya. Lektor bukan sekadar mem­baca, tetapi membacakan untuk umat. Sementara itu, umat yang hadir men­dengarkan Sabda itu dengan baik dan benar pula. Mendengarkan Tuhan yang berfirman! Maka sangat tidak tepat kalau umat membaca teks yang dise­diakan sementara lektor membacakan di mimbar.

Sabda yang dibacakan dan diwartakan itu mau menuntun kita kepada kehadiran Allah. Sabda itu mau mengubah hati dan budi kita. Sabda itu mau membangunkan kita dari kebodo­han kita, seperti kedua murid yang pulang ke Emaus itu. Hati kita harus berkobar-kobar mendengar sabda Tuhan, karena sabda itu berbicara ten­tang hidup kita. Kita mendengarkan Sabda itu dengan penuh perhatian, sehingga Sabda itu mengubah hidup kita. Tanpa Sabda, kita akan kerdil, tidak berkembang. Tanpa Sabda, kita akan tetap tinggal dalam rasa marah, benci, dendam.

Syahadat (Aku Percaya) merupakan ungkapan amin dan iman kita terha­dap kehadiran Tuhan lewat Sabda-Nya. Dengan mengungkapkan syaha-dat, kita mengundang Yesus untuk masuk ke dalam rumah hati kita, se-bagaimana kedua murid itu mengun­dang Yesus ke dalam rumah mereka setelah Yesus menjelaskan Kitab Suci. Kita mengundang Tamu Agung kita itu ke dalam hati kita karena kita percaya kepada-Nya.

(Bersambung).

(Lamtarida Simbolon, O.Carm)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi