MBK 38 Tahun, Dari Altar Ke Pasar

  19 Nov 2010, 20:14

Tahun 1997 Gabriel Oetomo selaku Ketua Panitia HUT ke-25 Paroki Tomang Gereja MBK menunjuk saya untuk menerbitkan buku kenangan sejarah paroki dalam waktu singkat. Serangkaian acara sudah disusun, tetapi ide penerbitan buku itu baru muncul belakangan karena banyak umat yang tidak tahu sejarah MBK. Termasuk saya, meski sudah berdomisili di Kebon Jeruk sejak 1974, kemudian menggereja di MBK yang sejak 1983 s/d 1997 menjadi pengurus lingkungan terus menerus. Akhirnya saya ditunjuk oleh Romo Hadi O.Carm untuk menjadi anggota DP semasa kepemimpinan Jos Soejono dan Michael Setiawan. Maka tugas menyusun buku itu saya sanggupi, dengan bayangan tugas itu sangat mudah karena pasti arsip paroki komplit, tinggal di kompilasi kemudian disusun editorialnya.

Ketika menghubungi Ben Samsudi (almarhum) sebagai petugas sekretariat, ia menjawab paroki tak mempunyai lagi selembar pun arsip karena sudah dimakan rayap. Matik aku! dalam hatiku karena waktu mengejar terus, ditargetkan buku harus beredar Hari Natal 1997. Harap maklum saja menjelang hari-hari itu, percetakan selalu libur panjang dan naskah harus diserahkan sebulan sebelumnya. Selanjutnya bla, bla, bla.....Namun kini 2010, pekan lalu WM membuat surat intern yang kabarnya "kurang menyenangkan" untuk beberapa kalangan, menurut Romo Eko sudah terfilekan bersama surat-surat lainnya. Ini berarti ratusan atau bahkan ribuan surat menyurat sudah terdokumentasikan secara baik. Belum lagi dokumen yang penting lainnya. Ini hanya sebuah illustrasi betapa kemajuan yang dicapai oleh paroki kita yang tercinta ini. Budaya dimakan rayap akan menjadi bahan tertawaan di zaman digital ini.

DARI ALTAR KE PASARPerjalanan hidup saya diwarnai pindah-pindaqh domisili. Sudah berpindah sampai 5 paroki. Dari St. Antonius Purbayan, Solo, kemudian di Jakarta mulai dari Kristus Raja (Pejompongan), Johanes Penginjil Blok M (Kebayoran Baru), MBK dan kini St. Mateus Bintaro. Dari semuanya, Gereja MBKlah yang mempunyai andil besar dalam mewarnai hidpku. Dari memperbarui janji perkawinan, anak-anak semua dibaptis oleh Romo Koets Chruiter. Menikahkan anak-anak sampai pembaptisan cucu-cucu. Saya hanya segelintir dari ribuan umat MBK yang mempunyai kenangan indah di paroki ini. Sepengetahuan saya paroki ini tumbuh dan kembang dibawah gembala-gembala yang baik.

Kini di usia 38 tahun paroki kita ini hidup di tengah zaman bebendu, kata orang Jawa, zaman amburadul yang definisinya tak perlu dijelaskan. Penjelasannya cukup di kasus Gayus Tambunan saja, yang bisa jalan-jalan ke luar tahanan dengan menyuap polisi 370 juta rupiah dalam periode Juli-November 2010. Zaman edan, nek ora melu ngedan ora kumanan, zaman gila kalau nggak ngikut gila nggak kebagian. Sebagaimana umat beragama lainnya, umat Katolik membutuhkan tempat beribadah, seperti juga di tempat peribadatan lainnya, kita mendapat pengajaran, pencerahan, ibarat Altar yang diagungkan. Di sana tempat yang suci-suci saja sebagai pembicaraan, bak menara gading, dan kalau sudah menyinggung yang jahat harus tolah toleh dulu, dan kemudian bisik-bisik lalu ditutup dengan sssssstt...sambil mengatupkan mulut dengan jari telunjuk.

Kini, bukan zamannya lagi seperti itu. Ayat-ayat suci harus dikumandangkan dalam bahasa kesederhanaan, bahasa kehidupan rakyat sehari-hari dalam arti yang sesungguhnya. Gereja mempunyai andil besar solusi mengatasi zaman amburadul ini, ketika komunitas basis dicanangkan, di sana harus mampu berbincang tentang nasib dalam perspektif iman, saling memberi, solidaritas sosial. Spiritualitas keagamaan ditransformasikan menjadi praksis (refleksi dan praktek) sebagai pergulatan yang bersifat pragmatis untuk mengatasi keamburadulan ini. Kecemasan tentang kemurnian agama masih dianggap penting, tetapi kini yang diperlukan adalah sensivitas terhadap realitas kehidupan bagi orang-orang yang tidak berdaya. Tak perlu ikut gerakan muluk-muluk, dari diri kita sendiri yang sudah membentengi iman Kristiani kita mulai membawa komunitas basis insani dalam masyarakat yang plural ini. Sejauh kita mampu.

Dirgahayu MBK!

(IG.Sunito)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi