Masih Adakah Cinta Pada Anak-anak?

  1 Aug 2012, 15:42

Sebenarnya apa arti kata anak bagi kita? Jangan-jangan tidak berarti. Atau sekedar pelengkap hidup dan penerus silsilah keluarga. Sinis, memang. Tetapi bukan berarti saya mengabaikan perasaan cinta yang ada. Cinta pada anak sendiri tentu saja. Tetapi untuk mencintai anak orang lain, belum tentu.

Coba kita simak apa yang disampaikan oleh pemimpin negeri ini pada 16 Mei yang lalu. Menko Kesra Agung Laksono saat 'me-launching' Peringatan Hari Anak Nasional 2012 di Auditorium Kemenag. Disaksikan oleh sejumlah pejabat lainnya termasuk Menteri Agama Surya Dharma Ali, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Agum Gumelar, Menpora Andi Malarangeng, dan para pejabat dari Kementerian/Lembaga terkait, Agung Laksono mengatakan, "Anak Indonesia merupakan generasi masa depan yang gemilang, pewaris pemimpin bangsa. Untuk itu, sejak masa anak-anak jangan menyia-nyiakan peluang ini untuk kemajuan bersama, menuju Indonesia bersatu dan bermartabat."

Begitu tingginya harapan mereka terhadap anak-anak. Begitu mulianya martabat anak-anak. Adakah kontribusi para pemimpin itu terhadap generasi yang katanya mulia ini? Selain jargon dan tabiatnya yang hipokrit saya kira tidak ada.

Mungkin terlalu luas kalau kita melihat Indonesia. Barangkali dengan melihat dunia anak yang paling dekat, di auditorium lantai dua, kita bisa bercermin. Kalau Anda pernah merasa atau masih memiliki cinta kepada anak-anak, mungkin akan miris, atau paling tidak ada yang teriris ketika melihat kegiatan mereka.

Beberapa alat peraga yang digunakan sudah kumal karena begitu seringnya digunakan. Maaf beribu maaf, saya tak hendak menghakimi siapapun, apalagi melukai ketulusan teman-teman Tim Pembina Bina Iman. Saya, mungkin juga beberapa orang yang peduli harusnya berterima kasih dan malu diri kepada mereka yang dalam ketidak sempurnaannya dan ketidak-adaan dukungan tetap memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Terima kasih ya, Mbak, Mas, Kak, dan Oma. Terima kasih.

Tetapi pemandangan yang saya lihat, dan saya ikuti beberapa kali bersama anak saya itu bukan sesuatu yang ganjil. Di semua tempat, pada umumnya di tempat-tempat yang tak berbayar nasibnya memang seperti itu. Sangat berbeda dengan tempat pendidikan yang berbayar tinggi.

Wow, bukan main.

Tunggu dulu, tujuannya bukan berbayar atau tidak. Kalau kita melirik, boleh dibilang harusnya sirik, kepada tetangga sebelah yang juga memiliki pelayan-pelayan Tuhan dengan ketulusan yang sama, namun berbeda kualitas. Kenapa berbeda? Karena pelayan-pelayan tersebut dibekali dengan pendidikan yang memadai, disekolahkan, dikursuskan, sehingga apa yang mereka binakan tidak sia-sia, tidak asal ada. Belum lagi bahan ajar dan alat peraga yang disuport habis-habisan, bahkan ada pula yang dibuatkan ruang dengan mendatangkan ahli untuk menata dan membuat modul-modulnya, persis seperti tempat yang berbayar mahal. Tujuannya sederhana, anak-anak menjadi kerasan dan senang.

Sekali lagi saya tidak hendak menghakimi siapapun. Saya hanya bertanya kepada diri saya sendiri, apakah saya peduli pada anak-anak selain anak saya? Apakah masih relevan tema Hari Anak Nasional 2012 'Bersatu mewujudkan Indonesia Ramah Anak'? Semoga jawabannya iya. Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.

(Felly)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi