Reformasi, Revolusi Pemuda yang Selalu Gagal

 Felly  |     31 May 2014, 16:48

Gerakan pemuda dan mahasiswa untuk menggulingkan Soekarno adalah gerakan yang gagal. Tidak ubahnya gerakan mahasiswa yang terjadi 16 tahun yang lalu. Orde Baru dan Orde Reformasi hanya menghasilkan pemuda-pemuda yang oportunis. Kalau di Orde Baru ada Ma'arie Moehammad, Akbar Tanjung, dan Cosmas Batubara, dkk. sedangkan di reformasi ada Fadli Zon, Anas Urbaningrum, Pius Lustrilanang, dll.

Tahun-tahun perlawanan terhadap Orde Baru juga harus berhadapan dengan kawan sendiri. Golkar yang sejak awal mengikuti pemilu selalu menggunakan tentakel-tentakel kekuasaannya untuk memenangkan pemilu dengan segala cara. Gerakan mahasiswa tahun '70 meminta rakyat untuk Golput dan menentang pelaksanaan 1972. Pemilu pertama pada masa Orde Baru. Gerakan ini juga menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah yang dengan semena-mena menggusur rakyat yang tinggal di lokasi tersebut.

Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Pemerintah Orde Baru terus melakukan berbagai cara untuk merekayasa politik dalam mempertahankan dan memapankan status quo. Mesin pembuat UU yaitu MPR/DPR/DPRD dimainkan di mana pengkhianat gerakan ada di sana. Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa Deklarasi Golongan Putih diluncurkan yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution, dan Asmara Nababan. Puncaknya adalah Peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari).

Peristiwa Malari mirip sekali dengan skenario kerusuhan Mei '98. Ketika mahasiswa mempersiapkan demonstrasi beberapa kelompok muncul melakukan pembakaran. Malari berhasil membuat aktifis tiarap, lari, dan menghilang. 775 orang termasuk Hariman Siregar diteralibesikan.

Gerakan berikutnya adalah gerakan yang menuntut dihapuskannya NKK/BKK. Gerakan ini menghasilkan kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa sebagai media perlawanan. Gerakan ini mencapai puncaknya ketika muncul Sumpah Mahasiswa, pengembangan Sumpah Pemuda yang dibacakan di Bulaksumur. Gerakan ini terus berkembang sampai perburuan aktifis paska Kerusuhan 27 Juli (Kudatuli) di depan kantor PDI. Puluhan aktivis diculik dan dihilangkan. Sampai hari ini hanya beberapa pelakunya yang dihukum, sementara aktor intelektualnya malah bermain politik. Beberapa ada yang mendapat jabatan penting di pemerintahan, beberapa di antaranya malah mencalonkan diri menjadi presiden. Ironis.

Puncak gerakan mahasiswa NKK/BKK adalah '98 tatkala demonstrasi kecil-kecil di kampus mulai menjadi agenda rutin sejak kasus advokasi Kedung Ombo. Sampai di sini muncullah demonstran selebritis yang salah satunya adalah Anas Urbaningrum.

Perjalan gerakan mahasiswa dan pemuda kalau boleh dikerucutkan, hanya ada dua gerakan yang berhasil melengserkan kekuasaan, yaitu gerakan '66 dan '98. Namun dua-duanya bisa dikatakan gagal karena hanya melahirkan serigala-serigala yang haus kekuasaan, gilanya tidak ada hukuman moral terhadap para penjelajah kekuasaan tersebut.

Semoga peringatan reformasi mengingatkan kita untuk selalu menolak tunduk pada amnesia sejarah dan selalu memperjuangkan kebenaran di atas kebenaran. Di tengah lunturnya idealisme selalu muncul pejuang-pejuang sejati, seperti di angkatan '66 muncul Soe Hok Gie, kemudian Arif Budiman, dan entah siapa kini. Marilah secara lantang kembali kita menyerukan apa yang dikatakan Soe Hok Gie kepada kawan-kawan seperjuangannya: "Lebih baik terasingkan daripada hidup dalam kemunafikan".

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi