Hari Tubuh Dan Darah Kristus - Ekaristi Di Dalam Hidup Kita

  25 Jun 2011, 22:53

Fokus: Semalaman, sebagian penduduk desa itu tidak tidur. Mereka yang terhimpun dalam satu lingkungan itu berjaga dan berdoa bersama di sekeliling Sakramen Mahakudus. Hanya satu malam saja kesempatan diberikan pada mereka dalam setahun itu. Esok, Sakramen Mahakudus akan diarak dan diinapkan di lingkungan lain. Tahun depan, semoga kesempatan serupa akan datang kembali.

Hari Tubuh Dan Darah Kristus - Ekaristi Di Dalam Hidup Kita

Mukjizat EkaristiKisah itulah yang dipaparkan oleh Romo, O.Carm, meneruskan cerita seorang teman. Peristiwa tersebut terjadi di China, di sebuah desa yang 90% warganya beragama Katolik. Menjelang Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, sebuah monstran berisi hosti kudus diarak dari lingkungan ke lingkungan. Di setiap lingkungan, Sakramen Mahakudus diinapkan semalam, sebagai sebuah kesempatan bagi warga setempat untuk tinggal bersama Yang Kudus.

Penghormatan terhadap Sakramen Mahakudus juga tampak di jalan-jalan, ketika monstran diantar dari satu lingkungan ke lingkungan lain yang terdekat. Seluruh penduduk keluar dari rumahnya dan memadati tepi jalan untuk memberikan penghormatan dengan khusyuk.

Tak hanya sikap lahiriah saja yang tampak - melalui gerak-gerik doa dan penghormatan - terhadap kehadiran Sakramen Mahakudus itu. Berangsur-angsur, sikap batiniah penduduk desa pun menampakkan sebuah corak. Kehadiran Sakramen Mahakudus ternyata mampu mengubah situasi batin mereka, sehingga penduduk desa itu menjadi lebih empatis dan bersolider dengan sesamanya. Empati dan solidaritas itu tampak melalui berkembangnya kemampuan untuk menghayati penderitaan sesamanya. Mereka lebih peduli, memberikan perhatian dan uluran kasih kepada orang-orang yang sakit atau mengalami kesusahan lainnya. Inilah mukjizat Ekaristi.

Mengimani Allah, Sang CintaKisah penduduk desa tersebut memberikan pengertian kepada kita, bahwa kehadiran Allah dapat mengubah hidup manusia. Penuturan S. Yohanes, 'Allah adalah kasih. Barangsiapa hidup di dalam kasih, hidup di dalam Allah dan Allah didalam dia' (1 Yoh 4: 16), mengantarkan kita pada pemahaman bahwa mencintai Allah dan merasakan cinta Allah adalah sebuah pengalaman rohani. Yesus pernah bersabda, "Akulah roti hidup yang turun dari surga; barangsiapa makan roti ini akan hidup sampai kekal," (Yoh 6: 51).

Di dalam pengalaman rohani bersama Allah (yang adalah kasih), manusia dapat menimba kekuatan kasih itu. Seluruh hidup manusia kemudian bukan sekadar digunakan untuk melakukan perbuatan kasih semata, melainkan telah menjadi kasih itu sendiri, sebagai hasil persatuannya dengan Allah. Itulah yang ditampakkan oleh penduduk desa di China dalam kisah ini. Ketika mampu menyatukan diri dengan Allah sendiri, mereka menjadi serupa dengan Allah: bersolider dan berbagi.

Mengalami persatuan dengan Allah dapat terjadi saat Perayaan Ekaristi. Melalui Perayaan Ekaristi, kita diajak untuk menghayati roti yang dipecah-pecahkan dan dibagi-bagi. Sebagai orang beriman, kita percaya bahwa roti itu adalah sebuah santapan cinta kasih dari Allah sendiri. Roti yang kita terima memunculkan suatu kesadaran bahwa kita didatangi oleh Sang Cinta, yakni Allah. Sang Cinta itulah yang membuat kita mampu untuk menjadi saluran cinta Allah bagi sesama.

Sebagaimana roti yang dipecah, dibagi dan diberikan kepada banyak orang, kita dipanggil untuk menjadi seperti roti itu; dipecah-pecah, dibagikan dan memberikan kehidupan bagi siapapun yang menerimanya. Sudahkah kita semua menjadi seperti roti itu? Apakah kita dapat membagikan cinta Allah dalam hidup sehari-hari setelah mendapatkan cinta itu?

Mengalami Allah dalam Hidup KeseharianDi dalam hidup kita, mengalami Allah seringkali tak mudah. Seseorang pernah berkata, "Pengalaman hidup yang pahit membuat saya tak dapat mengalami cinta Allah. Bagaimana mungkin saya dapat membagikan cinta Allah kepada sesama?"

Itulah tantangan kita sebagai umat beriman. Setiap hal yang kita alami semoga dapat mengantarkan kita kepada Tuhan. Sebagai bentuk latihan rohani, saat penghujung hari kita dapat bertanya pada diri sendiri: dalam sehari ini, Tuhan mengajarkan apa kepadaku? Latihan yang dilakukan setiap hari, dengan perlahan-lahan akan membuat kita mengerti.

Budaya kehidupan orang Katolik adalah hidup dalam komunitas dan saling mencintai. Rumusan singkatnya adalah: berakar dalam iman akan Yesus Kristus, bertumbuh dalam persaudaraan dan berbuah dalam pelayanan. Dari Allah-lah kita timba kekuatan cinta agar dapat melakukan itu semua. Perayaan Ekaristi, dalam hal ini, menjadi sebuah kesempatan yang sungguh berharga, dan tak boleh dilewatkan begitu saja. Semoga kita semakin mampu menghayati dan terinspirasi oleh Ekaristi di dalamhidup kita.

(A.P. Tjahjono)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi