Belajar Memaafkan Dari Belanda

  27 Sep 2013, 09:51

Ketika itu tahun 1990 penulis bersama tim perusahaan berkunjung ke penerbit VNU di Amsterdam, Belanda, kami dijamu oleh pimpinan perusahan itu di sebuah restoran Indonesia. Selesai pertemuan melihat makanan yang melimpah ruah masih tersisa, pada komentar, "wah! kasihan, ya! makanan segitu banyak, kita makan sedikit saja." Penulis pun nyahut," kenapa kasihan? Mereka menjajah kita 350 tahun tak merasa kasihan." Ha,ha.ha...... Ketika itu juga di bulan September, dan di September 2013 ini Pemerintah Belanda melalui Dubesnya di Jakarta, Tjeerd de Zwaan, minta maaf kepada korban kekejaman tentara Belanda di bawah pimpinan Kapten Raymond Paul Piere Westerling. Di Makassar 28 Januari 1947, Westerling menembak secara brutal 238 orang warga sipil. Dan kemudian dilanjutkan sweeping ke sekitar Bulukumba selama 3 bulan sambil membunuhi orang seperti hewan. Pemerintah Indonesia mengklaim korban pasukan DST, depotspeciale troopen, pasukan khusus Belanda ini sebanyak 40.000 orang.

Kekejaman Westerling ini berlanjut di Bandung dengan mengumpulkan orang-orang anti Indonesia untuk bergabung dalam APRA angkatan perang Ratu Adil. 23 Januari 1950 menembaki anggota TNI yang ditemui di jalan-jalan kota Bandung. Padahal waktu itu Indonesia sudah merdeka, dan tujuan Westerling jelas, inginBelanda kembali berkuasa tapi gagal. Sebelumnya tahun 2011 lalu, Belanda juga minta maaf kepada para korban Rawagede, Krawang, juga korban pembantaian pasukan Belanda pimpinan Mayor Alphons Wijnen yang membunuh 430 warga sipil Rawagede.

Westerling dianggap pahlawan di negerinya, meninggal bukan ditembak melainkan sakit jantung akibat baca buku yang mengungkap kejahatannya di Indonesia periode 1946-1950 karya wartawan/ sejarawan De Jong.

KEBEBASAN AKADEMIS

Eloknya tekanan agar pemerintah Belanda minta maaf ini bukan datang dari Indonesia, melainkan datang dari dalam negeri Belanda sendiri. Di sana ada kebebasan akademis di mana kejahatan-kejahatan perang masa lalu di riset. Ditambah PBB mempercayakan kota Den Haag sebagai tempat pengadilan untuk mengadili penjahat-penjahat perang dari seluruh dunia. Maka, untuk menjaga kepercayaan internasional itu, Belanda juga harus memelopori mengadili penjahat-penjahatnya sendiri. Minimal permintaan maaf. Peran wartawan sangat besar di tambah para pengacara "putih" dan anggota Parlemen serta Mahkamah Agungnya.

Kejahatan Westerling ini diungkap oleh dua wartawan, Jord Kelder dan Harry Veenendaal yang menulis bukuHoogspel aan het hof van Zyne Konninklijke Hoogheid. De geheime daagbooken van Dr. IG van Maasdijk. Permainan Tingkat Tinggi dalam Istana. Dari buku harian Dr. van Maasdijk (bekas sekpri Pangeran Bernhard suami Ratu Yuliana) Di mana Pangeran ini ambisi untuk menjadi raja kecil di Indonesia, dan menggunakanWesterling untuk mengkudeta (Soekarno/Hatta). Riset-riset lainnya sudah menghasilkan 140 fakta kejahatan perang Belanda di Indonesia, belum diterbitkan. Pantas saja almarhum Moenir, pejuang HAMIndonesia akan menyelesaikan doktornya di bidang hukum ke Belanda. Namun keburu terbunuh oleh bangsa sendiri diatas pesawat Garuda dalam perjalanan ke Belanda 2004. Khawatir Moenir akan mengungkap kejahatan di Indonesia. Termasuk tragedi pasca 30 September 1965, dimana tiga juta orang hilang dan dihilangkan karena dituduh komunis tanpa peradilan plus orang-orang hilang di zaman Reformasi 1998.

(Ign.Sunito)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi