Hari Pahlawan Masa Lalu Tetap (Tidak) Aktual?

  7 Nov 2013, 19:46

Pekan lalu penulis ikut Misa di Gereja Ibu Theresa Paroki Cikarang, Krawang Barat dimana tempat anak penulis bermukim di wilayah itu. Namanya paroki, tetapi tempat ibadahnya numpang di Perguruan Trinitas yang letaknya jauh dari perkampungan penduduk. Menariknya adalah koornya merupa-kan koor lingkungan dengan anggota-nya para keluarga muda serta putra-putri mereka yang nota bene masih kecil-kecil. Duduk di deretan terdepan anak-anak itu sungguh menarik hati termasuk cucu-cucu perempuan penulis. Kakaknya umur 6 tahun ikut nyanyi dan adiknya 3 tahun menyanyinya ikut-ikutan. Sebentar-sebentar menoleh ke kakeknya sambil ketawa. Suatu pemandangan yang jarang terlihat di Gereja Katolik manapun.

Gereja Ibu Theresa termasuk gere-ja perjuangan di wilayah Jabodetabek. Izinnya susah turun dan ketika semula beribadah di sebuah sekolahan dalam kota Cikarang, didemo disuruh bubar. Nasib serupa dengan gereja-gereja di wilayah Pamulang dan Ciledug (meski IMB turun tetap didemo dan disegel ormas tertentu). Polisi kemana? Tetap tak berdaya. Lalu? Apa hubungannya dengan Hari Pahlawan?

Mengenang Hari Pahlawan, sejarah mencatat bahwa para pendiri bangsa ini tak satupun memikirkan pada golongan mana mereka bertumpu. Semangatnya adalah membentuk sebuah Negara dan bangsa yang tak harus dikotak-kotak. Semua golongan ikut andil untuk Indonesia Merdeka. Itulah yang membuat mereka yakin bahwa Ketuhanan bagi bangsa Indonesia adalah Ketuhanan yang tak bisa dilepaskan dari kemanusiaandan peradaban.

BER-TUHAN SECARA KEBUDAYAAN

Bung Karno memberi arah tentang Tuhan yang berkebudayaan, yaitu Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur. Ketuhanan yang hormat menghormati satu sama lain sekiranya segenap agama yang ada di Indonesia sekarang ini harus mendapat tempat yang sebaik-baiknya. Bung Karno juga meyakinkan bahwa Ketuhanan YME adalah dasar yang memimpin cita-cita Negara kita yang memberi jiwa kepada usaha yang menyelenggarakan segala hal yang benar, adil, dan beradab.

Tiada egoisme agama karena nabi-nabi sudah menunjukkan contoh-contoh terpuji. Kini, di Indonesia berkembang "egoisme agama". Kaum minoritas terancam eksistensinya, contoh seperti Lurah Lenteng Agung, Susan yang beragama minoritas terus didemo. Rumah-rumah ibadah dirusak, disegel, bahkan keputusan MA diabaikan (Gereja Taman Yasmin Bogor).

Saudara-saudara kita, kaum mayoritas yang moderat sudah mem-berikan contoh prinsip keihsanan seperti kata BK mempraktekkan Ketuhanan yang diinginkan cita-cita Pancasila. Sehingga pemeluknya menjadi para ihsan yang mencirikan peradaban dan kemanusiaan yang menjamin kehidupan bersama. Di mana para warganya dapat menghayati keyakinan dan agamanya dengan bebas dan saling menghormati (Romo Sindhunata SJ, menyambut Tablig pameran Bedug Nasirun di BBJ Yogyakarta September 2013 yang dihadiri Kyai-Kyai ternama moderat)

Agaknya seruan pemimpin bangsa ini dan sekaligus pahlawan nasional kita, bagi para kelompok waton suloyo ini EGP emang gue pikirin.

(Ign.Sunito)

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi