Kesaktian Pancasila yang Sebatas Seremonial

 Andreas S. Pratama  |     12 Oct 2014, 06:57

Bangsa Indonesia dikenal sebagai sebuah bangsa yang amat menghormati dan menghargai sejarahnya. Salah satu bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap sejarah itu ditunjukkan lewat
sebuah peringatan hari-hari penting, salah satunya adalah Hari Kesaktian Pancasila yang dirayakan pada tanggal 1 Oktober setiap tahunnya. Pemerintah Indonesia menetapkan hari peringatan ini sebagai upaya untuk mengingatkan kita pada gerakan pemberantasan G30S/PKI.

Kesaktian Pancasila yang Sebatas Seremonial

Dalam perkembangannya, makna dari Hari Kesaktian Pancasila pun makin berkembang. Jika pada perayaan-perayaan sebelumnya peringatan ini selalu dikaitkan dengan penumpasan G30S/PKI, maka "sejarah" Kesaktian Pancasila dimaknai sebagai salah satu bagian dari Hari Proklamasi Indonesia.

Kesaktian tak lagi sekadar diartikan sebagai peran Pancasila yang secara aktif mampu melakukan sesuatu, melainkan pandangan serta nilai-nilai yang terdapat di dalamnya yang mampu ditransformasikan oleh segenap komponen bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi pada kenyataannya, Pancasila telah lama kehilangan kesaktiannya. Padahal sejak dulu para Bapak Bangsa telah menyusun lima sila tersebut untuk menjadi dasar negara Indonesia. Faktanya kini dasar tersebut seolah goyah. Ideologi Pancasila diganggu-gugat dan tak mampu menjadi sebuah pondasi dari negara Indonesia.

Bukti dari goyahnya ideologi Pancasila adalah munculnya berbagai kasus korupsi yang melibatkan banyak pejabat-pejabat negara menjadi bukti bahwa sila Ketuhanan yang Maha Esa sudah menghilang. Mereka tak takut lagi, bahkan mungkin tak lagi percaya pada Tuhan, dan memilih untuk menyembah uang.

Sila Persatuan Indonesia pun juga ikut terkoyak, menyusul berbagai aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama dan ras. Belum lama ini sebuah gerakan bernama NIIS atau ISIS telah
masuk ke Indonesia dan berniat untuk membentuk sebuah negara berbasis agama, menyingkirkan Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, masih hangat di memori kita ketika salah satu ormas
Islam dengan keras menolak Basuki Tjahja Purnama alias Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta. Alasannya sederhana: Ahok itu Kristen dan keturunan Tionghoa.

Secara umum Pancasila memiliki lima fungsi, yaitu sebagai pedoman hidup, jiwa bangsa, kepribadian bangsa, sumber hukum, dan cita-cita bangsa. Sayangnya kelima fungsi ini terabaikan begitu saja. Kesaktian Pancasila kini hanya sebatas upacara seremonial saja. Di dalam kehidupan nyata, Pancasila tak lagi dianggap. Lagi-lagi, Pancasila (masih) kehilangan kesaktiannya. (Andreas S. Pratama)

Lihat Juga:

Tema Nasional (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi