Apa Yang Membuat Hidup Kita Berarti?
29 Aug 2013, 15:46
Setiap sore, ada seorang bapak lewat depan rumahku. Dengan baju sederhana, memakai sandal jepit, membawa payung dan tas hitam yang dililitkan di lehernya, serta kerupuknya. Ternyata ia seorang penjual kerupuk. Yang membuat aku tersentak adalah ia buta.

"Pak, beli kerupuknya." Lalu ia menghentikan langkahnya. "Harganya berapa pak" tanyaku. "Lima ribu saja." Ia menjawab dengan sopan dan tersenyum. Saat itu di dalam hatiku berkata "Walaupun bapak ini buta, tapi ia menggunakan kedua tangan dan kakinya mencari nafkah dengan halal, tidak meminta dikasihani atau mengemis-ngemis di lampu merah. Ia mau berusaha dan berjuang demi keluarganya."
Hari lain ia melewati rumahku lagi dan kebetulan aku ada di rumah. Tak mau hilang kesempatan, aku berteriak memanggilnya "Pak, stop disini." Lalu ia menghentikan langkahnya. Niatku hari ini adalah aku ingin berbincang-bincang dengannya. Karena bagiku orang buta pun patut dihargai. "Bapak namanya siapa? Tinggal dimana? Bagaimana bisa jalan sampai kemari? Naik apa? Sudah berkeluarga? Sudah punya anak?" Dan sederet pertanyaan lainnya.Dengan wajah yang tenang dan sabar, ia menjawab semua pertanyaanku.
Pak Marzuki yang berusia 38 tahun sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak laki-laki berusia 5 tahun. Tahun 2010 Marzuki memulai usaha jualan kerupuk. Jika barang dagangannya hampir habis, Marzuki menghubungi penjualnya. "Tidak tentu habisnya berapa bungkus. Kadang laris manis, kadang agak sepi" katanya. Marzuki yang tempat tinggalnya jauh darirumahku, setiap hari diantar istrinya ke pangkalan angkutan umum. Karena sudah menjadi rutinitas, Marzuki sudah hafal perhentian dan rute jalan yang harus ditempuh. Kadang hari Sabtu dan Minggu pun Marzuki berjualan.
"Kenapa bapak dengan rela mau jualan kerupuk? Apa tidak malu pak?"tanyaku. "Daripada nganggur di rumah, lebih baik saya jualan saja. Saya ngak malu tuh, nyaman-nyaman saja" ucapnya. "Bagaimana kabar ibu dan anak bapak?" ujarku. "Istri dan anak saya semua sehat" tuturnya. "Hati-hati ya Pak Marzuki dan sampai jumpa lagi" pesanku. "Terima kasih ya" jawabnya. Lalu ia berlalu dari hadapanku, meneruskan langkah sambil tetap tersenyum.
Hidup manusia itu seringkali sulit ditebak. Segala sesuatu mengalir dari dalam hati. Tindakan mewakili apa kata dan suasana hati. Akan tetapi di antara makhluk ciptaan Allah, manusialah yang paling pandai berakting. Apa sebenarnya yang ingin kita lakukan supaya hidup menjadi lebih berarti?
(Judith Widjaya)
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |